Friday, December 28, 2012

Safira's Story


SHAFIRA’S STORY
Shafira berlari sekencang-kencangnya penuh tenaga menghindari kejaran orang gila yang mengejarnya sejak ia turun di terminal. Nafasnya sudah tidak teratur dan kakinya sudah tidak bisa diajak berlari lagi. Tapi, kaki orang gila yang mengejarnya masih sanggup menyamakan kedudukan. Tapi bagaimana, ia sudah tidak kuat lagi berlari. Rambutnya sudah berantakan, dan mukanya pucat. Dan bruuuuk ...

                              xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

      “Dia kecapean cukup berat,”ujar dokter Slytheri. Aga mengangguk. Dia kembali menatap gadis berambut panjang acak-acakan yang menabraknya tadi.

      “Jadi, dia harus beristirahat, makan dan tidur yang cukup mungkin obat yang terbaik.”sambung dokter Slytheri mengambil tasnya dan beranjak keluar. Aga tidak ikut keluar. Bi Am, meneyelimuti Shafira sampai lehernya.

      “Gadis ini siapa sih ga?”tanya Bi Am.

      “Mana aku tau, dia nabrak aku tiba-tiba dan keras banget,”balas Aga.”Liat ni, jidatku sampe berdarah kebentur jidat dia, tapi jidat dia baik-baik aja.”jelas Aga menunjuk jidatnya yang diberi hansaplast.”Wajahnya pucat banget, aku kasihan aja, yaudah bi, bikinin dia bubur deh, taro aja di sini, biar dia makan sendiri. Aku mau les dulu.”

      Di tempat les ...

      “Aga!”teriak Luna kencang. Cewek centil satu ini suka banget pedekate sama Aga dan berharap bisa jadi pacarnya. Aga yang baru aja keluar dari mobil langsung bergegas masuk ke dalam gedung tempat dia les.

      “Ih Aga, gitu banget sih sama aku, tunggu dong!”teriak Luna sekali lagi. Kali ini, dia bisa berjalan sejajar sama Aga. Aga masih aja cuek. Dia paling benci cewek model kayak gini. Rese abis soalnya..

      “Aga!”Luna udah nyerah. Aga cepet-cepet naik lift dan ninggalin Luna sendiri di lantai paling bawah dan segera menuju lantai 3, untuk masuk ke kelas privat lesnya bersama Bu Anisa.

      Aga masuk ke kelas, kemudian duduk. Wajahnya masih sama seperti saat bertemu Luna tadi. Kesal dan muram. Bu Anisa yang duduk di hadapannya jadi bingung.

      “Kenapa ga? Mukamu suram amat,”ujar Bu Anisa memberikan sebuah kertas soal matematika pada Aga.

      “Biasa bu, si Luna centil, kerjaannya ngintil aku mulu, rese banget lah, aku gasuka banget cewek kayak dia.”balas Aga menatap soal matematika di mejanya sekilas.

      “Ooooh Luna, dia sih emang kayak gitu, tiap ada cowok ganteng pasti dideketin, tapi kalau ibu perhatikan nggak satupun jadi pacarnya.”jawab Bu Anisa. Aga mengeluarkan pensil dan kotretannya.

      “Pantes aja. Mana ada cowok yang mau sama cewek kayak begituan? Aku sih nggak mau sama sekali.”jawab Aga. Dia mulai menghitung soal nomor 1. Bu Anisa kayak pengganti mamanya yang sibuk gila-gilaan dengan bisnisnya. Soalnya, bisa diajak curhat, karena umurnya masih muda. 21 tahun. Nyampe soal nomor 5, dia keinget Shafira. Mendadak aja, wajah cewek itu tergambar di kertas soalnya. Aga jadi kaget dan memukul kertasnya keras. Beletak! Bu Anisa terkejut.

      “Ga?”tanya Bu Anisa. Aga sadar itu cuma khayalannya.

      “Eh maaf banget bu, maaf,”ujar Aga menepuk kepalanya pelan.

      “Keinget apa kamu, ko sampai kayak gitu?”tanya Bu Anisa. Aga meletakkan pensilnya.

      “Tadi siang aku ketemu cewek, nggak kenal sama sekali, dia nabrak aku dan pingsan, terus aku tolongin dan sekarang masih ada di rumah aku,”jawab Aga dengan lantas dan agak cuek.”Tiba-tiba aja aku keinget wajahnya. Abisnya wajahnya sempet deketan banget sama wajahku, sampai jidatnya kena jidatku!”

      Bu Anisa tertawa.

      “Mm, jangan-jangan kali ini kamu akan tertarik sama cewek ini.”kata Bu Anisa dengan nada menebak.”Sejak ibu kenal kamu, kamu nggak pernah curhat kalau kamu pernah suka sama cewek, pasti ceritanya kesel dan ilfeel sama cewek.”Aga kaget. Dia ternyata belum pernah suka sama cewek sampai saat ini. Ckckck...

      “Ah bu, kenal aja enggak, mana tau sifatnya kayak gimana, jangan-jangan kayak si Luna juga, ih engga deh bu,”ujar Aga kembali mengerjakan soal keenam.

      “Kamu kan belum kenalan, jadi kamu jangan dulu nyangka apa-apa, siapa tahu dia beda.”ujar Bu Anisa. Aga mengangkat alis.

      Sepulangnya Aga dari les ...

      “Bi,”teriak Aga dari ruang tamu. Jelas Aga harus teriak buat manggil bibinya karena  letak dapurnya lumayan jauh dari ruang tamu. Bi Am, berlari menghampiri Aga.

      “Eh ga, udah pulang, makan sore nya udah siap,”ujar Bi Am. Aga segera berjalan menuju kamar tamu yang dipakai Shafira tadi. Kamarnya kosong dan udah rapi kembali. 

      “Anak tadi mana bi? Ko hilang?”tanya Aga.

      “Oh tadi, si Shafira namanya,”ujar Bi Am.”Dia cepet pulang karena udah kesorean katanya, terus nih, ada surat buat den Aga,”sebuah lipatan kertas dari buku tulis diterima Aga dengan heran. Bi Am kembali ke dapur.

      Eh sorry ya aku pulang nggak pamitan dulu sama kamu. Sorry soalnya aku takut budeku panik kalau aku pulang setelah kamu pulang les. Ya takut kesorean lah intinya.

     Sekali lagi aku ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan kamu. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah terlantar di jalanan. Dan sorry, tadi aku udah nabrak kamu dengan keras, maaf banget tadi aku lagi dikejar orang gila dan aku cape dan udah pengen pingsan.

     Nanti kalau ada waktu, aku main deh ke rumahmu buat bikinin kamu kue yang sering aku buat. Itung-itung sebagai ucapan terima kasih.Oke?

                                                      Shafira

      Aga tersenyum melipat surat itu. Cewek ini sopan dan tau terima kasih. Nggak kayak cewek-cewek di sekolahnya yang nggak punya sopan santun sama sekali. Aga melipat dan memasukkan surat itu ke dalam saku bajunya.

      Di kantor papanya Aga ..

      Pak Lewis, papanya Aga sedang berdiskusi dengan dokter keluarga mereka, dokter Slytheri mengenai gadis yang dibawa Aga ke rumahnya tadi.

      “Bapak yakin belum pernah melihat gadis itu di sekolah Aga?”tanya Pak Lewis menatap lepas ke luar jendela kantornya.

      “Menurut saya sih begitu, gadis itu sepertinya bukan berasal dari golongan orang kaya.”jelas dokter Slytheri mengingat penampilan Shafira.

      “Lalu ada apa Aga membawa gadis itu?”

      “Dari hasil pemeriksaan saya, gadis itu pingsan karena kecapean, untuk apa yang terjadi sebelumnya saya kurang tahu pak,”

      Pak Lewis geram. Dia tidak suka anaknya bergaul dengan selain anak-anak orang kaya. Dokter Slytheri yang juga merupakan asisten pribadi Pak Lewis hanya tertunduk.

      “Saya mau kamu carikan asisten pribadi untuk Aga,”ujar Pak Lewis. Dokter Slytheri tersentak.

      “Asisten pribadi pak?”

      “Ya..yaa..saya tidak mau Aga masuk pergaulan anak kampung, apalagi dia gadis, bisa-bisa Aga kepincut sama gadis itu. Ngomong-ngomong dia cantik tidak?”

      “Iya lumayanlah pak,”

      “Tolong secepatnya carikan asisten pribadi untuk Aga, paling lambat kamu harus kasih tau saya lusa, jangan sampai terlambat.”

      Sesampainya di rumah Shafira...

      Shafira masih kecapean. Wajahnya emang udah nggak pucat lagi, tapi tenaganya belum sepenuhnya terisi. Di rumah Aga, dia hanya minum dan nggak makan bubur yang diletakkan di meja kamar, karena takut pulang kesorean.

      “Fira,”ujar Gino melihat sahabat karibnya berjalan dengan letih. Kemudian Gino menuntun Fira sampai ke rumah. Ava menyusul dari belakang.

      “Fir, fir , kamu kenapa?”tanya Ava sahabat karib Shafira juga. Ava tampak panik. Budenya Shafira pergi dari tadi siang dan baru kembali nanti malam.

      “Hm, aku nggak apa-apa, hanya kecapean aja,”jawab Shafira lemas.

      “Ah kamu ngarang aja deh, kamu pasti sakit,”ujar Ava memegang jidat Shafira.

      “No, bantu bawa ke rumahku,”ujar Ava. Gino mengangguk.

      “Eeh, aku mau pulang,”ujar Shafira.

      “Budemu lagi keluar buat acara reuninya, dia baru pulang nanti malem, kamu harus diobati fir, muka kamu pucat dan suara kamu lemes banget,”ujar Ava dengan nada panik.

      .........

      “Aku cuma kecapean aja ko tante,”ujar Shafira menyengir saat mamanya Ava memberikan kompresan.

      “Kamu harus banyak istirahat ya fir, kamu bisa tidur di sini dulu sampa budemu datang.”jelas mama Ava kemudian beranjak pergi.

      “Emang kamu habis ngapain sih? Pulang sekolah bukannya langsung pulang sih, jadi aja kayak gini.”protes Ava. Gino menyikut Ava.”Diem deh! Berisik kamu.”

      “Tadi aku dikejar orang gila, aku lari dari terminal kelapa sampai jalan otto iskandar dinata.”Ava dan Gino terpelongo. Jauh banget si Shafira lari. Kayak orang lagi kompetisi maraton aja.”Aku kecapean, terus aku nabrak cowok, eh cowok itu nolongin aku, terus aku dibawa ke rumahnya, karena aku takut pulang kesorean, akhirnya aku pulang.”Gino tampak lesu. Ava mengangguk dan siap mengoceh lagi.

      “Bagus deh bagus fir! Jangan ketipu bantuan cowok, siapa tau dia orang jahat yang so baik, iya kan?”tanya Ava pada dua sahabatnya. Shafira mengangguk.

      “Iya fir, sebaiknya kamu hati-hati kalau nerima bantuan orang.”ujar Gino berusaha memadamkan api cemburunya. Shafira mengangguk lagi.

      “Yaudah gin, kita keluar aja deh, biarin Fira tidur.”ujar Ava. Gino mengangguk.

      “Dah Fira, cepet sembuh ya,”

      Di rumah Aga ...

      “LUNA?!”teriak Aga melihat cewek yang selalu mengintilnya setiap hari datang ke rumahnya. Aga kelimpungan. Kemudian, dia berlari keluar kamarnya.

      “Agaaaa!!”sapa Luna dengan nada berteriak dan nyerocos masuk ke dalam rumah Aga tanpa sopan santun. Aga yang sedang mencoba berlari untuk bersembunyi berhenti dan menyerah.

      “Ih Aga, tadi ko kamu cuek banget sama aku sih,”kata Luna centil. Aga blablabla kesel.

      “Ga, besok anter aku ke pameran kue yuk,”ajak Luna memegang tangan Aga. Aga dengan keras melepas.

      “Jangan pegang-pegang, dasar cewek centil lu.”ujar Aga kesal.

      “Tapi temenin aku ya,”ujar Luna memelas.”Peliss, sekali ini aja deh,”

      Hati Aga udah geram banget pengen nampar cewek satu ini. Tapi, dia termasuk tipe cowok yang penyayang, nggak tegaan pula.

      “Iya ya, berisik !”Luna kegirangan. Aga melanjutkan langkahnya, bukan untuk bersembunyi, melainkan untuk mengambil minum menenangkan hati dan amarahnya.

      “Jam 2 aku jemput ya ga! See you!”

      Aga lega, akhirnya Luna udah angkat kaki dari rumahnya.

      Pengumuman pameran kue besok sore ..

      Malam ini, kondisi kesehatan Shafira membaik. Tampaknya, dia udah nggak pucat dan seperti orang sakit lagi. Dia udah sanggup cuci piring dan buat nasi goreng buat makan malam di rumahnya. Ava, stay nemein Shafira di rumahnya, karena masih takut kalau Shafira kenapa-napa lagi. Sedangkan Gino, dia sedang mengaji, katanya kalau sempat, dia juga bakal datang ke rumah Shafira.

      Ava lagi baca majalah “GIRL FRESH” yang biasa dibelinya. Penulisnya adalah salah satu murid sekolah mereka juga. Majalahnya bagus dan emang fresh. Update setiap minggu. Ada shop,healthy,hobby,food,film, dan semuanya yang berhubungan dengan kehidupan cewek remaja.

      Bagian food, ternyata besok sore ada sebuah pameran kue. Isi pengumumannya:

      Hai girl ! Tentu dari kalian pasti ada yang hobi masak bukan? Tentunya sebagai cewek, kalian harus punya hobi masak dong. :D

Khususnya yang suka bikin kue nih, besok, “BAKERY FRESH” salah satu cabang dari “FRESH LIFE” yang juga merupakan produser “GIRL FRESH” ngadain sebuah pameran dan bazar kue di lapangan gasibu, Bandung. Macam-macam deh kuenya. Bebas dengan dua syarat tanpa pengawet dan yang penting unik. Bisa kue modern, tradisional, sampe internasional juga boleh.

     Buat kedisiplinan pas hari H nya, kalian diharuskan mendaftar dulu buat pesen stand ke nomor ini : 085720000199 atau menelfon ke 022 60780987. Buat stand ada tiga kategori, ada “kelas SMP”, “SMA” dan “Kuliah”. Semuanya setara ko, nggak ada spesialnya. Jadi, semua sama. Hanya, macam kuenya yang berbeda.

     Ada banyak bintang tamu yang bakal hadir. Nggak bisa disebutin satu-satu deh pokoknya. Join ya buat para cewek! Yang cowok boleh ikut nimbrung ko. Satu grup boleh beranggota 3-8 orang! Campur cewek cowok juga boleh.

     Pendaftaran dibuka mulai siang ini. Pada join ya! Undangan ini udah tersebar di seluruh media cetak di Jawa Barat.

     Terakhir nih, kuenya yang menyehatkan, tanpa bahan pengawet, dan unik ya! ;)

                     Thanks, Alifia Quardani, Produser Fresh.

     Ava keinget nih sama hobinya Shafira buat bikin kue basah. Kebetulan aja tanpa pengawet.

      “Fir!”teriak Ava beranjak ke dapur. Shafira yang sedang mengelap kompor segera menanggapi.

      “Kenapa va?”

      “Ada pameran kue nih, ikutan yuk!”

      “Dimana?”

      “Gasibu. Besok sore.”  

      “Waduh, mendadak amat va.”

      “Biarin, orang pendaftarannya aja baru dibuka tadi siang. Ayolah, aku bantu.”Gino berdiri di depan pintu rumah Shafira.”Gino juga, kita bisa ajak anak yang lain.”

      Shafira menyimpan lap dan memandang Gino sejenak, lalu tertawa.

      “Kita jualan kue basah. Syaratnya tanpa pengawet nih.”

      “Kalau aku sih oke aja, cuma modalnya dari mana?”tanya Shafira. Gino yang tidak mengerti pembicaraan dua sahabatnya .

      “Patungan aja.”

      “Kalian ngomongin apa sih?”

      “Ah udah diem Gin! Ini urusan cowok! Eh cewek!”ujar Ava.

      Shafira terkikik.

      “Yaudah, kamu yang daftar va, nanti aku bilang bude buat bantu modal.”

      Ava tersenyum dan mendelek Gino yang masih kebingungan. Kue?! Modal?! Mereka berdua mau bangun toko kue?! Hah?

      Budenya Shafira udah pulang, Ava udah selesai mendaftar. Dia pake namanya Shafira.

      “Bude,”sapa Shafira sambil mengikat rambutnya. Budenya baru aja datang jam sepuluh malam dengan wajah kelelahan dan membawa dua kantong plastik besar.

      “Fir, maaf ya, tadi bude nggak bilang dulu sama kamu kalau bude mau pergi sampai malam begini.”ujar Bu Ambar sambil duduk di meja makan. Shafira menyimpan dua kantong plastik besar itu di dapur.

      “Nggak apa-apa bude,”jawab Shafira.”Kayaknya bude kecapean, sebaiknya bude istirahat dulu aja.”

      “Iya iya, bude sholat isya dulu,”Shafira mengangguk.”Itu apa ya bude?”tanya Shafira menunjuk kantong plastik yang dibawa budenya.   

      “Itu bahan membuat kue basah. Temen bude kasih kebetulan dia punya pabrik kue basah. Jadi gratis hehe, lumayan,”ujar Bu Ambar terkikik kemudian membuka kerudungnya dan masuk ke WC.

      Triing! Sebuah lampu bersinar menyala di kepala Shafira. Rezeki emang nggak pernah lari kemana-mana, selain kepada orang yang ditakdirkan mendapatkannya! Lumayan nih buat ngurangin modal beli bahan pameran kue besok. Ehe, semoga aja dapet untungnya besar. :D

      Keesokan harinya ...

      Pagi-pagi sekali, Aga udah kebangun. Bunyi handphone dan alarm membangunkannya di pukul 06.00 pagi. Niatnya sih udah shalat shubuh Aga bakal tidur sampai pukul 09.00. Eh hambatan mah selalu tepat pada orang yang dituju.

      Ternyata si Luna centil ngasih dia pesen di ym Aga yang ber id Araga_By

“Ga jgn lupa nanti jam 2 siang aku jemput buat anter aku ke pameran kue (^o^) yaa.”

      Aga melihat pesan singkat tersebut dengan mata masih redap-redup. Nih anak rese abis, pacar aja bukan, riweuhnya sampai segininya. Protect abis! Apalagi udah jadi pacar? Brrrrrr...

      Kepaksa, karena Aga udah nggak bisa masuk dunia mimpi lagi, dia juga bangun aja sambil bales ym nya Luna.

      “Gjanji anter.”

      Pesan balasan  padat dan singkatnya tersebut, malah membuat sebuah percakapan panjang dengan Luna.

      “Loh ko?plis dong ga! Km kan udah bilang iya kmrn.”

      “Emg aku janji?”

      “Ih Aga! Plis ga! Sekali ini aja ! (>>~~<<)

      Aga malas dan membawa handphonenya keluar kamar. Gila! Rumahnya sepi abis! Gede, mewah, elegan, rapi, tapi hanya dihuni sama dia, Bi Am, dan Pak Mur. Mendingan tinggal di gubuk gini mah. Batin Aga.

      “Iye dah ah.”

      “Asik, makasih ya ga :*”

      “Eh sial! Ngapain ngsh kode kiss ke aku? Amit-amit.”

      “(--...--)Iya maaf maaf. Tetep anter aku kan?”

      “Iye, udah berisik!”

      Aga meng-offline kan ym nya tersebut. Kemudian, dia mencari Bi Am, buat membuatkannya sarapan pagi. Dia mengambil susu cair di kulkas dan melihat Pak Mur sedang menelfon. Dia meminum susu dingin, meninggalkan handphonenya, kemudian menghampiri Pak Mur di ruang keluarga.

      “Nelfon siapa pak?”tanya Aga setelah meneguk susu dari gelasnya yang panjang setelah Pak Mur menyimpan gagang telfonnya.

      “Dari Tuan.”Aga melangkah pergi. Oh, papanya.

      “Eh den Aga. Tunggu,”Aga menoleh kebelakang menghabiskan susunya.

      “Tadi kata Tuan, bakal ada asisten pribadi baru buat den Aga,”Aga tersentak kaget. Untung aja, susu di mulutnya udah duluan masuk ke tenggorokan, sehingga nggak menyembur keluar lagi.”Katanya bakal datang siang ini.”

      “Asisten pribadi pak?”

      “Iya den.”

      “Terus bapak? Bapak tetep jadi supir saya kan?”

      “Iya den. Katanya, dia...”

      Ucapan Pak Mur terputus karena handphone Aga yang ada di dapur berbunyi dering kalau ada telefon.

      “PAPA CALL”

      “Halo pa.”

      “Halo pagi ga, tumben bangun pagi.”Aga tidak menjawab.

      “Udah denger berita dari Pak Mur?”

      “Udah pa.”jawab Aga cuek.

      “Nah kamu harus terima dia seperti kamu terima Pak Mur juga.”

      Aga ingin mencoba membela diri.

      “Pa, aku ini bisa jaga diri sendiri. Nggak usah pake asisten pribadi segala. Supir juga udah cukup. Aku ini bukan orang penting kan pa? Jadi nggak usah dikasih asisten pribadi.”

      “Ini demi kebaikan kamu juga ga,”

      “Kenapa nggak papa atau mama aja yang jagain aku? Yang awasin aku? Oh aku udah tau jawabannya. Papa dan mama sibuk dengan bisnis yang gila-gilaan gitu. Sampe lupa ngasih kasih sayang sama anak sendiri. Untung aku anak tunggal, kalau dulu mama beranak banyak, bisa-bisa kalian stress. Iya kan? Pa, kasih sayang berupa materi dari papa selama ini udah lebih dari cukup. Aku udah puas. Yang aku butuh kasih sayang dari mama dan papa. Kasih sayang yang bener-bener. Mama dan papa ada di rumah. Itu yang aku mau pa!”protes Aga. Pak Mur memutuskan untuk keluar dan mencuci mobil.

      “Diam Aga! Beraninya kamu berbicara seperti itu! Pasti ini pengaruh anak kampung itu!”Aga terheran. Anak kampung?! Siapa yang dimaksud papa anak kampung?!

      “Anak kampung?”

      “Iya . Gadis yang kamu bawa ke rumah. Pasti karena dia kamu jadi berani mengatakan perkataan tidak sopan itu pada papa!”telefon ditutup. Koneksi terputus. Aga termenung. Shafira? Papa menyebut dia anak kampung? Kenapa papanya bisa tahu kalau kemarin dia bawa Shafira ke rumah ini? Siapa yang memberi tahu? Tapi, Shafira bener-bener nggak ada kaitannya sama omongannya tadi. Itu murni dari hatinya. Unek-unek dari hatinya yang udah lama nyangkut.

      Aga masuk ke kamar mandi.

      Di rumah Shafira ...

      Ava mencairkan gula merah, Gino memarut kelapa, bude membuat adonan getuk, Shafira membuat adonan kelepon, Ariesta membuat adonan lupis, dan tiga anak lain membantu mengepak makanan yang sudah jadi ke dalam plastik dan cup. Rencana Ava dan Shafira akhirnya bisa terwujud. Budenya memperbolehkan mereka menggunakan bahan-bahan kue basah yang dibawa kemarin dari rekannya. Jadi, modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

      Jam menunjukan pukul 09.00. Mereka baru selesai membuat 30 plastik berisi lupis. Rencananya, mereka akan membuat masing-masing 30 porsi makanan. Lupis, Kelepon, Getuk, Jewel, Colenak, dan masih banyak lagi. Malah, porsi yang besar itu tetep masih menyisakan banyak sisa adonan. Tadinya, mereka mau buat porsi yang banyak banget, lebih dari 50 malah, cuma takutnya nggak laku. Hehehe.

      Shafira selesai membuat kelepon dan Ava sedang memasukkan gula cair. Gino juga tampak selesai dengan kelapa-kelapanya. Semuanya hampir selesai. Jam menunjukkan pukul 10.10. Rencananya, mereka akan berangkat jam 13.00 siang, karena pameran akan dimulai pukul 15.00. Semua anggota pameran harus datang dua jam sebelum acara dimulai.

      Gino lagi curi-curi kesempatan. Shafira kayaknya kesulitan masukin jewel ke dalam bungkusan. Keempat anak yang bertugas tadi, kebetulan kembar tiga, dan tiga-tiganya kebelet ke WC. Jadi, yang nyisa tinggal satu.

      “Mau aku bantu fir?”tanya Gino duduk di samping Shafira. Shafira menoleh, Agitta, hanya tertawa.

      “Nggak usah gin, Agitta bisa bantu ko.”ujar Shafira menghekter bagian atas satu bungkus jewel. Gino mengangguk.

      “Oke deh. Kalau mau minta bantuan, panggil aku aja ya. Aku siap membantu.”Shafira tersenyum. Ava yang sedang kesulitan memasukkan gula merah cair, mendengar Gino mau memberikan bantuan. Kalo Shafira tidak mau, dia saja yang yang dibantu.

      “Yaudah gin bantu aku aja sini!”teriak Ava. Budenya Shafira sampai tutup telinga, karena jeritannya Ava sangat memekakan telinga.

      “Ih lu! Berisik amet sih! Gua kan di sini. Ga jauh dari lu”ujar Gino mengusap daun telinganya. Ava menyengir.

      “Ye, nawarin bantuan ke aku ke, kan Shafira udah ada yang bantuin si Agitta, aku? Kerja sendiri nih.”ujar Ava. Gino mulai membantu.

      “Ah itu sih derita lu. Bukan gua!”balas Gino. Ava memukul kepala Gino dengan sendok sayur. “PELETUK”. Shafira melihat kedua sahabatnya bertengkar. Ava dan Gino emang jarang akur.

      “Apaan sih lu mukul-mukul? Gua pukul balik tau rasa lu!”ujar Gino mengusap kepalanya lalu berdiri.

      “Eh mau kemana?”

      “Pergi. Males gua bantuin orang rese macem lu. Dikasih bantuan malah mukul.”

      Ava ngerasa bersalah dan sangat memerlukan bantuan Gino.

      “Iyaya maaf Gino ganteng!!!!”ujar Ava dengan terpaksa. Gino terkikik.”Bantuin dong plis,”

      Bude mau memadamkan suasana.

      “Gin, jangan gitu ah sama cewek, bantuin aja .”ujar bude mulai membungkus kelepon. Gino mengangguk, lalu melirik sebentar Shafira. Jantungnya berdebar dan mulai membantu Ava.

      Asisten barunya Aga udah datang ke rumah. Aga males banget nemuin orang yang nggak diharapkannya buat datang. Runyam nih rumah. Tapi, satu-satunya cara buat ngebebasin dia dari asisten pribadi barunya ya Luna.

      “Lun, dtg skrg deh,”Aga mengirim pesan singkat lewat ym. Kebetulan id Luna yang keempat, Lunapinkshop, lagi on.

      “Emm,knp nih minta aku dtg skrg? Kangen aku ya?”Aga udah nyangka si Luna bakal  geer setengah mati.

      “(----_----) Jangan geer. Aku gak ada temen doang. Plis y”

      “:”> aku jd malu ga.”

      “Udeh gausah malu-malu-an, cptan dtg!”

      “Oke deh :) :*”

      “Jangan mulai deh -________________________-”

      “Oke. Sorry. Aku otw skrg ya.”

      Aga nggak ngebales lagi. Lega nggak lega perasaannya. Terpaksalah dia manggil si Luna cepat-cepat supaya bisa kabur dan bebas dari asisten pribadi yang dikasih papanya. TRING! Tiba-tiba dia keinget sama Shafira. Katanya, gadis itu mau ngirim dia kue sebagai ucapan terima kasih? Ko ga ada ya? Atau dia sama aja kayak cewek di sekolahnya yang tukang boong dan muna?

      Ya kayaknya sih engga. Tapi nggak tau juga deh. Aku belum kenal sama dia. Ujar Aga dalam hati.     

      Luna sampai di rumah Aga dengan pakaian serba ungu.

      “Aga!”teriak Luna. Aga terpelongo. Waduh, nih cewek!

      “Aku udah dateng ke sini sekarang demi kamu, ada apa sih?”

      Aga ngerasa bakal risih kalau jalan sama Luna dengan pakaiannya Luna yang serba ungu mencrang.

      “Kamu bawa baju ganti nggak?”

      “Nggak. Emang kenapa? Baju aku jelek ya?”

      “Bukan. Aku nggak suka warnanya aja.”Raut wajah Luna muram.

      “Sorry ga. Nanti kita ke Mall dulu deh terus beli baju baru.”

      Wah. Ni anak so kaya banget. Batin Aga.

      “Nggak usah deh, bentar aku ganti baju dulu.”

      “Ga, pake bajunya mecingin sama bajuku ya, biar kita kayak pasangan serasi gitu.”kata Luna centil. Aga blablabla sambil melangkah masuk kamar.

      Pas keluar, asisten pribadinya udah duduk aja di ruang tamu. Jelas aja, Aga kaget. Luna cuma sibuk main bb di sofa ruang tamu. Aga segera menghampiri Luna. Tapi, asistennya itu keegeran.

      “Siang Tuan Aga, saya asisten pribadi anda.”Luna kaget. Bb nya segera disimpan.

      “What? Aga pake asisten pribadi? Nggak salah ga?”

      Aga kesal.

      “Saya nggak mau.”

      “Ini perintah Tuan Lewis.”

      “Ya saya bilang nggak mau.”timpal Aga makin kesal.

      “Eh pak, Aga nya aja nggak mau, jadi nggak usah maksa maksa gitu dong.”

      “Saya tidak berbicara dengan anda, maaf.”

      Ketus banget nih asisten pribadinya Aga. Mana mau ada orang punya asisten kayak begini. Badannya biasa aja. Kagak kayak bodyguard biasanya. Batin Aga.

      “Lun, bujuk dia deh supaya nggak nganter aku hari ini.”bisik Aga. Luna meng”iya”kan.

      “Pak, hari ini saya sama dia mau nge-date.”Aga terpelongo. Nge-date dari mana? Pacaran aja engga. Aduh nih anak.

      “Kan bapak tau ya pak, kalau ng-date itu buat orang pacaran yang pengen jalan berdua. Jalan, makan, nonton, foto, main, tanpa diawasin sama orang lain. Kalo diawasin itu rasanya nggak enak pa. Kededet gimana gitu. Bapak juga kalau lagi nge-date mana mau diganggu ya pa? Jadi untuk hari ini, bapak bisa nggak kerja deh pak. Ya pak?”cerocos Luna sambil mengedap-ngedipkan matanya. Aga nyerah aja deh. Tapi dia nggak nganggap sama sekali Luna sebagai pacarnya.

      “Tuan Aga, apakah benar?”

      Aga bingung. Kalau bilang benar, nanti asisten ini lapor ke papanya dia pacaran. Mana sama Luna lagi. Kalau bilang engga, masa nanti dia diintilin mulu. Terpaksa dia bilang.

      “Ya.”

      Aga dan Luna otw Mall. Luna jadi beneran beli baju baru di Mall. Soalnya, Aga pake baju hijau dan ngerasa nggak mecing. (Emang nggak mecing sih)

      Shafira dan kawan-kawan persiapan menuju Gasibu.

      “Bude yakin nggak akan ikut?”tanya Shafira setelah selesai memasukkan kotak berisi getuk ke dalam angkot yang disewa oleh tiga kembar (Ami, Ani, Agi). Maklumlah, soalnya nggak ada lagi alat transportasi buat ngangkut mereka ke Gasibu.

      “Nggak ah, lagian kan acaranya buat para remaja, masa bude udah tua kayak begini ikutan?”balas budenya bercanda.

      “Yaudah deh bude, aku nggak bisa maksa juga,”balas Shafira lagi. Shafira, Ava, Ariesta, Gino, Ani, Ami, dan Agi pamitan dengan cium tangan dan ngasih salam ke bude. Kemudian, mereka ontheway menuju Gasibu tepat waktu.

      Shafira menyusun papan berisi judul stand mereka. Judulnya “Walau Murah, Yang Penting Wenak!”. Itu idenya si tiga kembar. Ya, diterima ajalah. Lumayan bagus juga. Hehe :D

      “Fir,”sapa Gino sekilat. Bukannya Shafira yang mendengar, malah Ava yang mendengar.

      “Eh dasar si Gino godain Fira mulu dari tadi,”ujar Ava seperti kesal. Ava suka sama Gino? Nggak mungkin. Karena mereka rajin sekali bertengkar.

      “Apaan sih lu, diem aja deh.”timpal Gino. Ava cemberut.

      “Ada apa Gin?”tanya Shafira .

      “A..n..anu..nih, hehe.”ujar Gino gugup. Ava kembali menjulurkan lidah meledek.”Diem lu!”Shafira kaget. Ditanya baik-baik, Gino malah membentaknya. Sebenernya, Gino ngasih bentakan itu buat Ava, karena dia nggak bisa diem. Tapi, Gino baru sadar kalau wajahnya dan jalur ngobrolnya lagi sama Shafira.

      “Eh fir, sorry, tadi..”

      “Iya nggak apa-apa, kalem aja.”jawab Shafira.

      Gino siap balas dendam. Walaupun angkotnya desak-desakan, mereka berdua masih tetap sempat bertengkar.

      “Lu! Ihh!!!!!”ujar Gino mencubit dengan sekuat tenaga pipi Ava. Shafira lagi sibuk menulis jadi nggak memperhatikan.

      “Aw..Apasih Gin? Lu ganggu aja!”ujar Ava kesal. Ia melepas headsetnya.”Mau ngajak ribut?”

      “Lu tuh yang ngajak ribut duluan, apaan sih lu ngatain gua godain Fira, kita kan sahabat!”ujar Gino. Shafira mulai mengalihkan konsentrasi pada cekcok dua sahabatnya.

      “Tau ga! Kenapa aku selalu nyari perhatian kamu? Karena aku suka kamu!”ujar Ava naik darah. Si tiga kembar mangap bersama. Shafira juga. Gino mengangkat alis, sedangkan Ava salting luar biasa. Penyesalan berbekas di mulutnya. Aduh, gila ini, karena emosi dia sampai bilang isi hatinya. Upppsss.

      “Hah?”

      “Udah lupain, tadi aku lagi emosi, biasalah orang emosi suka asal ceplos dan omongannya suka ngawur, jadi udahlah,”ujar Ava memasang kembali headsetnya. Telinga semua anak di dalam angkot masih normal dan mendengar jelas apa yang dikatakan Ava tadi. Apalagi dengan nada berteriak. Sampai-sampai, si supir ikut-ikut mendengar juga. Gino duduk sambil memandang jalanan yang ramai. Menghirup angin menenangkan hatinya. Shafira tersenyum pada Ava, yang pipinya memerah. Si tiga kembar berbincang-bincang sendiri.

      Di Mall....

      “Lun, beli baju aja lama amat sih!”ujar Aga kesal. Udah 15 menit Luna mandangin empat baju dengan model sama, harga sama, dan warna hampir sama. Hijau. Cuma, jenis hijaunya berbeda-beda.

      “Em..kayaknya yang ini mecing sama baju kamu.”ujar Luna mengambil baju warna hijau terang dan menyamakan dengan kemeja hijau muda yang dipakai Aga.

      “Udah cepet, ambil, sini dah aku bayarin!”ujar Aga merebut baju itu paksa lalu membayarnya. Luna mulai kesenengan.

      “Makasih Aga say..”

      “Diem! Jangan keceplosan lagi, udah buruan ganti baju!”

      Di perjalanan menuju pameran kue di Gasibu..

      Luna mengkahayal. Mengkhayalkan kalau dia bisa pacaran dengan Aga. Indah rasanya. Pasti dia bakal jadi pacar pertamanya Aga. Batin Luna.

      “Heh, ngapain senyum-senyum,”ledek Aga. Dia udah mulai bete berat.

      Luna malah tersenyum lebar memperlihatkan behel giginya yang berwarna biru cemerlang.

      “PAPA CALL”. Aga tambah badmood.

      “Halo pa,”

      “Bener kamu pacaran sama Luna?”

      Waduh! Harus ngejawab apa nih?! Aga memandang Luna. Okelah Luna itu cantik, tapi sifatnya ngeresein abis! Terpaksa dia menjawab :

      “Iya pa.”

      “Wah wah wah, selamat kalau begitu, papa ikut senang! Beruntunglah kamu cepat punya pacar biar nggak gaul sama gadis kampungan itu lagi!”Aga mengangkat alis.

      “Pa, kenapa sih papa bilang Shafira itu gadis kampungan? Papa tahu dari mana kalau aku pernah bawa gadis ke rumah?”

      Demi menjaga privasi bahwa dokter Slytheri adalah asisten pribadinya, Pak Lewis menjawab lain dengan kenyataan.

      “Gadis itu datang ke kantor papa, lalu bilang bahwa dia suka padamu, dan dia ingin dijodohkan denganmu.”Sontak Aga terkejut. Hah?! Masa iya Shafira punya sifat yang kayak Luna. Jauh lebih parah dari Luna malah, sampai meminta perjodohan. Tapi, tau dari mana kantor papanya ya?

      “Ko dia bisa dateng ke kantor papa ya?”

      “Entahlah. Yasudah selamat berkencan ya.”

      Aga merasa jijik. Ini hanya kebohongan. Luna jangan sampai tahu kalau Aga mengaku menjadi pacar Luna sebagai pacarnya. Bisa-bisa di sekolah dia jadi bahan obrolan hangat. Dan Shafira, beneran nggak ya, kalau ternyata dia melakukan hal separah itu? Aku nggak percaya. Sangat nggak percaya. Batin Aga ...

      Pameran dimulai. Tim Produser FRESH yang berjumlah 300 orang menyebar sesuai dengan tugasnya. Ada yang menjadi MC, Keamanan, Konsumsi,Publikasi,Keuangan Mendadak, dan lainnya. Bazar Kue dimulai.

      Banyak banget stand yang disediakan. Secara, Gasibu lapangannya gede. Ada satu panggung disediakan. Ternyata, bintang tamunya lumayan banyak. Ada RAN terutama. Band favorit Aga dan Shafira. Ada Rosemary,Endah n'Rhesa, Maliq n' D'Essentials, Adithiya Sofyan, Nidji, SM*SH, Tompi, Netral, Ungu,dan masih banyak lagi. Semua stand isinya kue. Tapi nggak full kue, ada beberapa minuman dan makanan berat juga. Tapi, sekarang, Gasibu kayak lautan kue. Ada kue yang kayak di pesta pernikahan lah, kue tradisional lah, kue kering lah, dan banyak lah pokoknya. Tiket masuknya : Cukup 55.000, dengan bonus bisa dapet satu macam kue dan bisa milih dari semua stand. Kurang enak apa coba?Terus yang VIP nya 90.000 dengan bisa milih dua kue dari semua stand. Dan yang VVIP, 130.000, dapet tiga kue dan satu minuman. Enak banget!

      Shafira dkk udah siap menjajakan kue basah mereka. Mereka masuk stand kategori “SMP” dan dalam Formasi Stand “Kue Tradisional”. Jadi, stand disamping mereka semuanya menjual kue tradisional. Si tiga kembar, menjajakan “taster” semua kue basah yang dijajakan hari ini. Sedangkan Shafira, Ava, dan Gino duduk dalam stand sambil menghias.

      Ribuan orang langsung menyerbu, begitu pintu masuk dibuka. Pas di pintu masuk aja, udah dikasih cinderamata berupa gantungan kunci berbentuk roti. Yummy! Haha. Performance pertama adalah...Dengerin MC-ya aja yuk!“HELOO GIRLS AND BOYS! WELCOME IN FRESH PRODUSER CELEBRATE BAZAR WITH TITTLE “CAKE FRESH”. Sorak sorai penonton terdengar begitu meriah.”NIKMATI PAMERAN INI, BERSENANG-SENANG, JANGAN BERSEDIH, PERFORMANCE PERTAMA ADALAH RAN DENGAN PANDANGAN PERTAMA.”Kata MC berambut panjang warna hitam legam itu.

      Ribuan orang itu langsung menyebar. 55 stand yang ada langsung dipenuhi orang. Apalagi kue modern. Tapi kue tradisional juga tidak kalah ramainya.

      Aga dan Luna berada dalam keramaian yang begitu luar biasa. Mereka terdorong kesana-sini. Suara Nino RAN yang menyanyi terdengar di seluruh speaker yang terpasang. Kondisi dengan alunan lagu yang ceria membuat pameran sore itu menjadi sangat meriah.

      Nggak disangka, Luna yang begitu centil, ternyata menyukai jajanan tradisional.

      “Ga, ayo yuk ke sana, ke kue tradisional.”ujar Luna menarik tangan Aga. Jelas Aga menolak, karena dia tidak menyukai kue tradisional.

      “Nggak ah, aku gasuka, kamu aja ke sana, aku biar nunggu di sini,”jawab Aga dengan keras. Luna nggak mau kalah.

      “Ayo dong ga, mama ku pesen nih, lagian kamu belum coba sih, plis ga, plis!”Aga nyerah. Walaupun emosi di perasaannya udah membludak pengen dikeluarin, tapi situasi nggak memungkinkan. Marah-marah di tengah keramaian orang gini memalukan.

      Ada 10 stand kue tradisional dalam formasinya. Luna langsung mencari stand yang paling menarik. Mata Luna langsung tertuju pada stand Shafira yang memang menarik. Gaya stand nya bergaya sangat tradisional. Aga hanya bisa mengikuti.

      “Aku mau taster nya dong,”ujar Luna centil kepada Ani,Ami,dan Agi. Shafira selesai mengepak getuk dan mulai akan melayani pembeli. Ava bergantian dengan Shafira karena merasa agak pusing. Apalagi setelah Gino tau perasaannya yang selama ini ia pendam. Makin aja Ava merasa nggak enak badan.

      “Sil..ahk.an.”ucap Shafira terbata-bata melihat Aga yang berdiri memandangi nampan berisi kelepon yang sepertinya menjijikan. Aga juga baru tersadar. Kornea mereka berdua saling memasuki. Sebuah perasaan yang timbul dari mata perlahan menuju hati sesuai lintasannya tanpa berbelok. Alunan reff lagu RAN – Pandangan Pertama, makin membuat suasana sangat mengesankan bagi Shafira dan Aga. Luna selesai mencoba taster dan memutuskan :

      “Aku beli lima bungkus kelepon dan dua bungkus jewel ya,”ujar Luna. Ia melihat Aga masih memandangi Shafira yang sudah berpaling dan mengepak kelepon yang dipesan Luna. Gino yang agak merasa cemburu segera memberikan kembalian pada pembeli lain.

      “Ini,”ujar Shafira memberikan satu kantong plastik putih dengan sebuah pita biru muda. Aga melepas lamunannya, kemudian melihat Luna yang sedang mengeluarkan uang 50.000.

      “Berapa semuanya?”

      “48.000.”Luna mengangguk.

      “Ga, nggak beli? Sayang loh, jarang nih ada pameran kue kayak gini.”

      Aga masih kelimpungan untuk ngomong. Jantung dan hatinya dag-dig-dug nggak jelas. Tangan dan kakinya dingin , bergetar pula.

      “Aga!”teriak Luna.

      “Ya?”

      “Mau beli ga?”

      “Engga, aku nggak suka.”Luna menerima kembalian dari Shafira. Shafira langsung berpikir, percuma juga kalau nanti dia akan mengirimi Aga kue basah, mana mungkin Aga akan memakannya. Jadi, dia sempat mengurungkan niatnya.

      Ava memperhatikan Aga dari dalam stand. Begitu juga Gino.

      “Gin,”sapa Ava.

      “Hm?”

      “Tadi liat nggak Shafira sama cowok itu tuh, saling pandang?”Gino melirik Ava.

      “Ha? Masa?”

      “Cowoknya ganteng sih, pantesan Shafira hokcai.”

      “Hus diem deh!”

      “Cemburu ya?”

      “Nggak.”

      “Ah masa?”

      “Diem atau gua jait tuh bibir!”Ava mendelek kesal.

      Aga rada bingung. Dia cepet-cepet mutusin untuk segera pulang dan berlalu dari keramaian pameran kue ini. Pas ketemu Shafira hatinya jadi nggak karuan. Entah ada apa, suka atau apa. Yang jelas, dia ingin segera pergi. Luna yang masih ingin stay di sini mencoba mencegah Aga.

      “Ga, kenapa sih?”

      “Pengen pulang,cape,pusing,”

      “Ah masa baru juga bentar udah pusing lagi?Nggak biasa ya dateng ke yang beginian? Makanya pacaran sama aku deh biar sering dateng ke acara yang kayak gini.”  

      “Apasih kamu! Aku nganter kamu juga nggak terlalu niat! Udah ah jangan paksa aku buat tetep stay di sini!”

      “Aga! Tunggu!”

      “Apalagi?”

      “Terus aku gimana?”

      “Pulang sendiri.”

      “Takut,”

      “Minta jemput bisa, kan? Mobilmu kan seabreg! Supir kamu juga ratusan. Iya kan?”tanya Aga terpancing emosi. Luna tetep kekeh.

      “Kamu anter aku ke sini, kamu juga harus anter aku pulang.”

      “Emang aku siapa kamu?”

      “Pacar.”kata Luna lantang. Mereka berdua bener-bener lagi bertengkar.

      “Apaan kamu ngaku-ngaku? Aku nggak merasa sama sekali menjadi pacar kamu!”

      “Masa? Tadi aku dapet bbm dari papamu kalau kamu ngaku kamu udah jadian sama aku. Apa itu yang kamu sebut nggak ngaku, hah?”ujar Luna. Aga tersadar.

      “Udah, pokoknya kamu harus tetep di sini, atau aku akan bilang kamu nggak bisa jadi pacar yang baik!”Aga nyerah. Luna menang.

      Di tempat lain ...

      Pertemuan bisnis Pak Lewis, papanya Aga dan Pak Afiq, papanya Luna selesai. Mereka berdua berhasil membuat sebuah kesepakatan bersama. Bahwa mereka akan menjodohkan kedua anak mereka, Aga dan Luna saat lulus kuliah nanti. Pak Lewis sangat menyetujui usul Pak Afiq tersebut karena merasa untung. Dengan begitu, bisnisnya akan semakin berjalan dengan mulus.

      “Baiklah pak, baik,”ujar Pak Lewis.”Anak kita juga sudah berpacaran.

      “Hahaha, baguslah kalau begitu, saya senang mendengarnya,”jawab Pak Afiq tertawa.”Saya akan kirim 15 Milyar untuk modal awal.”Pak Lewis dibutakan oleh besarnya nominal uang yang diberikan perusahaan Pak Afiq untuk modal bisnisnya, untuk sesaat dia lupa diri.

      “Tapi ingat, hubungan anak kita harus tetap dipertahankan.”ujar Pak Afiq.

      “Itu soal mudah.”jawab Pak Lewis. Kemudian, ia segera menelfon istrinya dan pamit keluar.

      “Ma, kita dapat investor yang sangat kaya!”

      “Benar? Wah mama ikut senang. Gimana kabar Aga pa?”

      “Dia baik. Sekarang, dia sudah mulai berpacaran.”

      “Dengan?”

      “Anak investor itu ma, dengan begitu bisnis kita akan semakin menuju puncak kesuksesan.”

      Mama Aga ternyata sudah berbeda.Dia sudah memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan merawat Aga. Dia tidak akan bergelut dengan bisnis di Malaysia lagi karena sudah merasa bukan ibu rumah tangga yang baik.

      “Pa, mama akan pulang ke Indonesia besok.”Pak Lewis terkejut. Kumisnya terangkat.

      “Apa? Kenapa ma? Bukannya Investor Perusahaan Cotton belum datang?”

      “Iya mama tau. Tapi mama putuskan untuk kembali ke Indonesia. Mama rindu sekali dengan Aga pa, udah enam bulan mama tidak berkomunikasi dengan Aga.”

      “Mama ini apa-apaan? Bisnis kita masih kelas rendah. Kita belum mempunyai banyak investor yang terlalu menguntungkan. Biarlah ma, Bi Am akan mengurus Aga.”Mama Aga membela diri.

      “Pa, mama ini seorang ibu. Sama seperi semua ibu di dunia ini. Ingin bertemu dan mengurus anaknya sendiri. Mama stress di sini. Mama ingin melihat Aga. Mama ingin merawatnya. Dia pasti juga rindu mamanya. Terutama orangtuanya pa.”Pak Lewis agak tersentuh. Tapi perawakan kerasnya tetap bisa melawan hati kecilnya.

      “Terserah! Kalau mama kembali ke Indonesia besok, kita bercerai!”

      “Terserah papa, silahkan, mama tidak peduli, mama hanya ingin bertemu Aga.”Koneksi terputus.

      Malam harinya di kamar Aga ....

      Suasana kamarnya terasa berbeda. Jendela kamarnya yang besar terbuka lebar dengan gorden menari-nari tertiup hembusan angin malam yang begitu dingin. Aga membiarkannya terbuka sambil menyandarkan tubuhnya di atas kasur sambil menghadap jendela.

      Ia masih merasakan perasaan yang dirasakannya saat ia kembali bertemu dengan Shafira. Suatu perasaan yang kini tidak dapat lepas dari hatinya. Tatapan tajam mata Shafira yang membuat jantung dan hatinya berdebar bersamaan. Yang membuat dirinya tiba-tiba merasa pusing. Tapi juga membuat suatu kesan yang tidak akan pernah dilupakannya,”Pandangan Pertama”.

      Disamping perasaan itu, pikiran Aga tertuju pada hal lain. Perihal informasi dari papanya bahwa Shafira datang ke kantor papanya dan meminta perjodohan. Begitukah sifat Shafira sebenarnya? Apakah dia sama saja dengan gadis di sekolahnya? Tapi, dia belum percaya sama sekali karena hati kecilnya tidak mendukung.

      Luna menganggu, id ym nya yang sering on yang memang rada alay LunaCuteAbis mengirimkan pesan ym pada Aga.

      “Malem ga (^0^)”sapa Luna. Aga dengan malas menjawab.

      “Mlm.”

      “Ga, tau nggk? Kita dijodohin.\:D/”Aga terkejut setengah mati.

      “Hah?Jgn asal ngarang!”

      “Aku nggaak ngarang lagi, aku tau dari papaku, aku seneng bangeeeeet (^_^)

      “Aku g sng sm skli.”

      “-_-ga, kayakny kita jodoh deh :”>”

      “Aku gapercaya.”

      “Percayain aja. Aku seneng bgt, bsk jalan yuk.”

      “Males. Jgn maksa.”

      Aga offline.Handphonenya dimatikan. Dia nggak nyangka bisa dijodohin sama Luna. Berarti, yang waktu itu datang ke kantor papa belum tentu Shafira dong, mungkin aja Luna. Masih ada sebuah harapan kalau Shafira gadis yang “mulai disukainya” memang mempunyai kepribadian yang berbeda dari cewek-cewek di sekolahnya.

      “Aku harus nyari Shafira.”ujar Aga tegas.

      Ontheway pulang sambil menghitung keuntungan dari pameran...

      “Ayey, dapet banyak!”teriak Ava selesai menghitung. Semuanya girang. Yang girang cuma berempat, Shafira,Ava,Ariesta, dan Gino. Soalnya si tiga kembar udah langsung terlelap duluan.

      “Alhamdulillah kalau gitu,”ujar Shafira. Matanya sudah lelah dan selesai memasukkan plastik-plastik sisa pameran ke dalam keranjang.

      “Ah, aku mau tidur, capek.”ujar Ariesta kemudian bersandar di pundak Ani yang sudah tidur duluan.

      “Aku juga.”sambung Ava langsung tertidur lelap. Shafira dan Gino belum tidur. Kalau Gino, masih sibuk mengaji untuk hapalan.

      “Nggak tidur Fir?”tanya Gino setelah selesai membaca. Ternyata, Shafira udah tertidur duluan. Kepalanya bersandar di jendela angkot. Rambutnya yang panjang tertiup angin semilir. Wajah anggunnya Shafira membuat jantung Gino dag-dig-dug nggak puguh. Shafira, gadis yang dikenalnya sejak masuk SD,gadis yang bisa membuatnya suka. “Aku menyukaimu Shafira...”bisik Gino pelan. Dari sebrang tempat duduk itu, ternyata Ava belum sepenuhnya tertidur lelap, dan mendengar bisikan Gino tersebut.

      Hingga jam 12.00 malam, mata Aga belum juga bisa terpejam. Matanya masih melayang pada dua hal penting yang menyangkut hidupnya saat ini. Yang pertama, rasa sukanya pada Shafira, gadis yang belum dikenalnya sama sekali. Dan perjodohan yang mematikan bersama Luna -_-.

      “Apa-apaan nih, masa anak SMP udah dijodohin segala? Nggak jaman!”ujar Aga sendiri. Angin malam bertiup menusuk tulang walaupun jendela kamar nya sudah tertutup dan ia sudah memakai selimut yang sangat tebal.

      “Ya Allah, bantu aku, semoga perjodohan ini batal, kalau perlu memang sebenarnya nggak ada, amiiiin,”ujar Aga.”Dan semoga aku bisa ketemu sama Shafira itu lagi, aku pengen banget,”Aga merenung dan melihat lipatan surat dari Shafira.

      Luna..luna...Tau aja kali ya Aga belum tidur, dia nge-chat ym ke Aga tengah malam. Aga emang pake blackberry jadi langganan tiap hari, jadi ym nya on terus, tapi blackberrymessengernya nggak di aktifkan.

      “Malem ga, pasti belum tidur (“~~”)”

      Aga males banget balesnya. Tapi, kalau nggak bales, Luna bisa-bisa ngadu sama papanya. ._.

      “Ad ap?”

      “Aku gbisa tiduuuuur nih ga :(,”

      “O”

      “Tau gaak kenapa?”

      “cpt dh ngmng”

      “Absny aku kpkiran perjodohan kita (^^o^^) aku sangat gapercaya tapi sumpah seneng abis ....”

      “Ak g seneng Lun”

      “Ih Aga, km hrs nerima ak usebagai pacarmu doong.”

      “Aku kan cuma pura-pura. Lagian geer gila km.”

      “Yaudah deh, aku yakin km bisa nerima aku ko, met malem Aga sayaang(^o^):*:*:*

      Aga langsung mematikan handphonenya. Udah nggak mau lagi berurusan dan chat ngobrol atau tatap muka sama Luna. Udah jijik dia sama Luna. Gila! Geer abis tuh cewek.







      Keesokan harinya..

      Hari ini hari minggu. Satu hari lagi buat nge-refresh otak sebelum besok bergelut kembali dengan pelajaran. Tapi nggak dengan Shafira, dia udah stay di kamar buat belajar sepagian.

      “Fir..”ucap budenya mengetuk pintu kamar. Shafira yang sedang merapikan rambut segera membukakan pintu kamarnya.

      “Kenapa bude?”

      “Ada telfon.”Shafira kaget. Siapa yang nelfonnya pagi-pagi begini. Tumben amat.

      “Halo, assalamualaikum.”sapa Shafira.

      “Hey!”Shafira mengerutkan dahi karena salamnya tidak dijawab.

      “Kamu yang kemarin ikutan pameran kue kan?”

      “I..y..a”

      “Aku pengen pesen banyak dong ke kamu. Abisnya enak banget, mamaku suka banget. Bisa ya?”

      “Tentu bisa.”

      “Oh ya, kenalin, aku Luna.”

      “Oh, Shafira.”ucap Shafira. Dari mana cewek ini dapet nomor rumahnya ya?

      “Yaudah nanti aku ke rumahmu deh ya, aku udah tau alamat dari panitia bazar. Maaf pagi-pagi ganggu. Dah.”

      Shafira menutup telefon. Dia bersyukur karena ada pelanggan baru dan menelfon di pagi hari. Semoga aja ini pertanda baik. 

      “Bude, nanti ada yang bakal pesen kue basah, ntar orangnya dateng kesini.”ucap Shafira masuk ke kamar. Budenya Shafira hanya tersenyum dan mengangguk.

      Shafira duduk di kursi belajar dan membuka buku catatannya. Kemudian, membuka buku cetak Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas VIII. Kemudian, dia membaca bab mengenai atom,ion, dan molekul, kemudian segera membuat ringkasan dan mengerjakan soal di buku bank soal dari budenya.

      “Ava?”ucap Shafira terkejut melihat Ava sedang melongokkan kepala di jendela kamarnya. Kemudaian, Shafira beranjak dan membuka jendela kamarnya.

      “Aduh Fira rajin banget sih, pagi-pagi gini udah belajar, kayak GINO AJA!”ujar Ava melihat tumpukan buku di meja belajar Shafira.

      “Hehe iya nih, abisnya seminggu kedepan bakal banyak tes.”ujar Shafira.”Kamu sendiri nggak belajar?”

      “Ah kalem aja lah. Aku nggak biasa belajar kayak begituan. Biasanya sih aku SKS.”Shafira tertawa.

      “Ayo masuk deh va!”

      ...........................

      “Jadi itu semua bener?”tanya Shafira.

      Ava mengangguk dan memeluk bantal Shafira. Shafira tertawa.

      “Sahabat jadi Cinta dong nih...kapan bakal nyatain asli?”

      “Nggak tau deh Fir. Kayaknya cuma bertepuk sebelah tangan aja deh.”

      “Lho, kenapa?”

      “Kamu ngerasa nggak sih dia itu suka sama kamu?”

      Shafira berpikir sejenak. Iya dia memang merasa. Perhatiannya Gino baik di rumah atau di sekolah itu memang seperti pacar. Tapi, Shafira hanya menganggap Gino sebagai seorang sahabat aja.

      “Gino nggak mungkin suka sama cewek model aku.”

      “Kenapa enggak? Kamu cantik, pinter, baik, perhatian, lucu. Mana ada cowok yang nolak?”

      “Di mata Gino, aku tuh cewek jelek, nyebelin,kucel,bodoh.”

      “Berarti kamu harus berubah, aku nggak akan ngehalangin kamu buat dapetin hatinya Gino ko.”

      Ava menatap Shafira, kemudian memeluknya erat.

      Di rumah Aga...

      “GAK MAU!”teriak Aga dari kamar sambil bersembunyi di balik selimut. Pagi ini, Luna tiba-tiba datang ke rumahnya. Males banget dia ketemu cewek yang satu itu.

      “AGA PLIS DONG AH!”teriak Luna membalas menggedor-gedor pitnu kamar Aga. Bi Am mendekati Luna.

      “Biar bibi yang bangunin.”Luna mengangguk.

      “Ini bibi den, boleh masuk nggak?”

      Akhirnya, Aga membukakan pintu dan membiarkan Bi Am masuk, sedangkan Luna tetap di luar.

      “Bi, usir aja dia lah,”ujar Aga. Bi Am merapikan meja belajar Aga yang berantakan.

      “Aduh, jangan suruh bibi, bisa-bisa bibi langsung dipecat.”

      “Engga deh bi, Aga jamin, kalau bibi dipecat Aga bakal protes sama papa. Plis bi, Aga nggak mau ketemu cewek itu.”OOW. Sekejap kau mencuri hatiku, tanpa buang waktuku tersipu. Ringtone handphonenya Aga berbunyi. PAPA CALL.

      “Halo pa.”

      “Ga, Luna udah dateng?”

      “Ya udah pa. Dia mau ngapain sih pa?”

      “Dia minta anter kamu buat beli kue.”

      “Kenapa nggak sama sopir atau pembantunya aja sih pa?”

      “Kamu kan pacar barunya, wajarlah dia mau jalan-jalan sama kamu.”

      “Ya deh pa. Oke”jawab Aga terpaksa.

      Aga menutup telefonnya, kemudian mematikan handphonenya. Begitulah sikap Aga kalau kesal. Dia dengan terpaksa akan mengantar Luna.

      Aga keluar kamar, Luna langsung menggandeng Aga genit.

      “Pagi Aga ganteng, apa kabar? Luna cantik kangen nih,”

      Aga tidak menjawab, kemudian duduk di meja makan dan melepas paksa tangan Luna. Kemudian, dia membuat sebuah sandwich, Luna mengikuti.

      “Kamu ngapain ikut bikin juga?”

      “Emang kenapa?”

      Aga jadi hilang nafsu sarapan. Dia segera bergegas ke kamar mandi.

      “Ih Aga mau kemana?”

      “Mandi. Mau ikut juga?”Luna menggeleng. Aga langsung masuk ke kamar mandi.

      Ontheway rumah Shafira.

      “Ini jalan ke kampung ya?”tanya Aga melihat sekeliling dari dalam mobil. Suasananya menjadi sejuk dan dipenuhi dengan banyak petak sawah.

      “Yap!”jawab Luna singkat.

      “Katanya mau beli kue?”

      “Memang iya.”

      “Ko kesini? Nggak ke Bakery aja?” 

      “Aku bukan mau beli cake, aku mau beli kue basah.”Aga tersentak. Tiba-tiba aja dia merasakan sebuah perasaan yang halus menghampiri hatinya. Luna memperhatikan Aga.

      “Kenapa ga?”

      “Nggak. Kita mau ke mana sih sebenernya?”

      “Aku mau beli kue ke stand yang waktu di pameran itu loh. Nama pemiliknya Shafira.”Perasaan yang dirasakan Aga semakin saja kuat dan mengikat hatinya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang. Mendengar nama Shafira, dia menjadi kebingungan dan tegang.

      Sesampainya di rumah Shafira...

      “Ayo Aga!”ajak Luna. Aga enggan keluar dari mobil.

      “Ihhh cepet!!!!”Luna menarik tangan Aga, sehingga Aga bisa melihat keadaan rumah Shafira.

      “Permisi,”sapa Luna mengetuk pintu. Kemudian, budenya Shafira yang membukakan pintu.

      “Ya?”

      “Misi bu, tadi saya yang mau pesen kue basah, tadi yang ngangkat kebetulan anak ibu.”ujar Luna ramah. Aga nggak nyangka Luna bisa berkata seramah ini sama orang.

      “Ga, tunggu di luar aja ya,”ujar Luna.”Aku bakal lumayan lama, abisnya aku mau ikutan bikin. Tapi jangan tinggalin oke?”

      “Iyaaaa nona !”jawab Aga kepaksa, kemudian duduk di kursi bambu.

      “Fir?”tanya Ava setelah sampai di pagar rumah Shafira. Shafira yang berjalan di belakangnya kemudian menjawab.

      “Kenapa va? Buka aja langsung.”jawab Shafira yang sedang membetulkan remote milik Gino.

      “Itu siapa?”Shafira kemudian melihat ke cowok yang duduk di kursi bambu. AGA! Nggak salah lagi, itu Aga. Ngapain dia di situ? Ya aampun! Jantung Shafira mendadak nggak karuan dan wajahnya tegang. Remote punya Gino sambil terjatuh dan rusak lagi.

      “Udah ayo masuk!”

      Aga belum menyadari kehadiran Shafira.

      “Aga?”tanya Shafira dengan refleks. Cowok itu segera melemparkan ke arah suara yang memanggilnya. Shafira segera menutup mulutnya. Ngapain juga dia manggil? Kenal aja enggak. Hm, maksudnya belum resmi kenal.

      “Hai,”sapa Aga bangkit dari kursi bambu. Ava segera meninggalkan mereka berdua. Aga kelihatan salah tingkah—dan kaku.

      “Lagi ngapain?”tanya Shafira dengan lancar, walaupun sesungguhnya dadanya sedang berdebar-debar.

      “Nganterin.......”Aga berpikir sebentar.”Temen.”

      “Oooh, beli kue ya?”tanya Shafira. Aga mengangguk.

      “Oh ya, kamu bilang, kamu pernah mau ngirim kue buatku kan? Masih inget kan waktu kamu pingsan gara-gara dikejar orang gila?”tanya Aga. Shafira tertawa.

      “Yaps inget,”jawab Shafira.”Sorry. Niatnya kan aku bikinin kamu kue basah. Eh taunya kamu nggak suka.”

      “Darimana kamu tau aku nggak suka?”tanya Aga.

      “Di festival makanan itu kamu bilang sendiri. Waktu..hm..cewek kamu beli kue di stand punya aku.”jawab Shafira. Aga merasa bersalah udah berpikir negatif duluan. Dia jadi ngerasa kagum sama cewek ini. Dari awal, Aga emang udah suka dengan matanya Shafira. Bulu matanya lentik dan matanya itu punya keunikan tersendiri. Begitulah menurut Aga.

      “Aga!”teriak Luna dari dalam rumah dengan girang. Wajahnya berubah seketika ketika melihat Aga dan Shafira sedang mengobrol berdua diluar.

      “Kalian berdua ngapain?”tanya Luna sambil memegang beberapa kantong plastik hitam dan putih.

      “Hem, ini tadi...Dia nanya soal pembuatan kue gitu ke aku.”jawab Shafira.

      “Aga suka kue basah emang? Sejak kapan?”tanya Luna mulai curiga.

      “Sejak hari ini.”jawab Aga. Luna mengangkat alis.

      “Oh My God, My Aga! Akhirnya.........kita berdua punya selera yang sama juga. I love you so much,”ujar Luna dengan centil.

      “Permisi,”ujar Shafira meminta izin masuk ke dalam rumahnya. Tadinya, Aga ingin memanggil gadis itu untuk kembali dan membuatkan kue basah untuknya. Dia mau menyukai kue basah—yang semula tidak disukainya. Bukan untuk menyamakan selera dengan Luna, tapi ingin menghargai usaha Shafira yang sebenarnya ingin mengirimkannya kue basah.

      Selama diperjalanan, Aga memperhatikan Luna yang sedang menikmati kue getuk dengan wajah berseri-seri. Sialan, si Luna kegeeran.

      “Aga, kenapa sih liatin aku? Cantik ya? Makasih.”jawab Luna sambil mengigit getuk dengan wajah centik dan berseri-seri.

      “Idih, loe geer.”balas Aga kesal.”Itu enak ya?”tunjuk Aga pada getuk yang dipegang Luna.

      “Enak. Mau coba?”tanya Luna menawarkan.

      Aga mengambil getuk dan mencoba mengunyahkan. Hm, sejauh ini rasanya tidak terlalu buruk.

      “Enak, kan?”tanya Luna terus memperhatikan Aga. Dari mulai matanya, hidungnya, bibirnya, ngebuat Luna berdebar-debar. Dia bangga bisa mempunyai pacar seganteng ini.

      “Lumayan,”jawab Aga tersenyum.

      “Kalo kita nikah nanti, aku bakal buatin kamu kue getuk tiap hari.”ujar Luna.

      “Heh, siapa juga yang mau nikah sama kamu? Geer gila. Lagian, kita pacaran cuma boongan, ngerti? Jangan mengkhayal terlalu tinggi, apalagi sampe kita nikah!”ujar Aga menjelaskan.

      “Whatever Ga, I don’t care. Aku yakin takdir akan mempersatukan kita koq...”ujar Luna dengan centil.

      “Yang ada takdir males mempersatukan kita, you know?”ujar Aga menjauh dari Luna yang keganjenan pegang-pegang tangannya.

      “I don’t know. Yang aku tau, kita bakal nikah. Apapun alasannya.”ujar Luna.

      Aga dibuat galau. Biasalah, remaja labil. Jadi, kata populernya ABABIL. ABG LABIL. Aga beberapa kali mengotak-atik hapenya. Bukan menunggu chat dari Luna, tapi berharap Shafira menghubunginya. Ya, walaupun dia tahu Shafira nggak mungkin tau nomor handphonenya.

      Kurang beruntung, Luna yang malah nge-chat.

      “Hai bebebbbbbbbbbbbbb <3 <3”

      “Wht”

      “Lagi ngapain say? Aku bosen nih”

      “Diem”

      “Jalan yuk J kemana aja deh.”

      “Mls”

      “Hm, aku ke rumahmu ya?”

      Aga melihat bodyguard yang disewa papanya ada di sana. Terus mengawasi gerak-geriknya. Dia merasa papanya terlalu over protect. Mungkin, kalau Luna datang dia bisa keluar. Tapi.......................dia males kalau keluar bareng Luna.

      “Ngapain?”

      “Ya kita main gitu. Atau ngapain deh. Kita have fun :D”

      “Hm blh dh”

      “THANK YOU JJ :*”

      “Jgn prnh ng kiss knp sh”

      “Sorry. I’ll go there beb. Wait for me.”

      Aga meng-end chat. Hari ini dia pengen ketemu sama Shafira, lagi. Nggak mau sama Luna. Udah bosen gewla. Lagian si Luna bisanya ngebuat moodnya berantakan.

      “Mas Aga, mau kemana?”tanya bodyuardnya yang dari tadi duduk. Giliran Aga keluar rumah, dia baru beraksi. Ah,,copo!”

      “Mau cari angin.”jawab Aga meninggalkan bodyguardnya.

      “Saya antar.”balas bodyguardnya kemudian mengikuti Aga.

      “Heh! Nggak usah!”balas Aga protes. Nggak lama, datang sebuah mobil freed warna putih. D 4567  SK. Dia sepertinya ingat mobil siapa itu.

      “Mama?”tanya Aga setelah melihat mamanya turun dari mobil. Mamanya masih seperti dulu. Selalu memakai jilbab yang penuh dengan manik-manik. Aga langsung menghampiri mamanya. Dia sangat-sangat rindu.

      “Aga, apa kabar sayang?”tanya mamanya sambil dengan erat memeluk anak tunggalnya. Bodyguard Aga segera menjauh, tapi tetap memperhatikan pertemuan ibu dan anak itu.

      “Hm yagitudeh Ma. Mama pulang, kan?”tanya Aga sambil membawa mamanya masuk. Supirnya Aga segera membawakan beberapa koper dan oleh-oleh yang dibawa mamanya. Aga kelihatan senang sekali. Begitupun mamanya.

      “Itu siapa, Ga?”tanya mamanya menunjuk boydguard sewaan papanya yang berdiri tegak di pintu.

      “Bodyguard sewaan papa,”jawab Aga. Mama Aga menggelengkan kepala. Ia berpikir bahwa suaminya begitu keterlaluan. Kalau ingin menjaga Aga, kenapa tidak suaminya saja? Mengapa harus sampai menyewa bodyguard?

      “Ma, mama bakal disini, kan?”tanya Aga.”Aga nggak mau ditinggal lagi, Ma.”

      “Iya sayang, mama akan nemenin kamu. Bisnis-bisnis itu udah nggak penting lagi buat mama,”jawab mama Aga sambil mengelus rambut Aga. Hari ini, Aga merasa sangat bahagia.

      Nggak lama, suara nyaring nan—memekakan telinga mulai terdengar. Pasti Luna.

      “Agaaaa! I’m coming beby,”ujar Luna dengan wajah girang, apalagi setelah melihat ada mamanya Aga.

      “Tante, apa kabar?”tanya Luna sembari cipika-cipiki dan salam kepada mama Aga. Dia kelihatan begitu hormat dan sopan.

      “Baik.”jawab mama Aga sambil melirik Aga.”Pacarnya Aga?”tanya mama Aga keheranan.

      “YA!”jawab Luna

      “NGGAK!”jawab Aga.

      “Loh, yang bener yang mana nih?”tanya mamanya kebingungan.

      Akhirnya, untuk sementara Aga menyerah.

      “Ya, maksudnya kita baru pedekate aja. Belum pacaran.”jelas Aga. Wajah Luna terlihat kebingungan.

      “Ooh,”jawab mama Aga.”Mama ke kamar dulu ya. Mama tinggal.”

      “Mama kamu cuek abis! Nanya nama aku aja nggak!”protes Luna duduk di sebelah Aga setelah mamanya masuk ke kamar. Aga membuka koran.

      “Suka-suka mamaku lah,”balas Aga.”Lagian ngapain juga dia harus nanya nama kamu? Penting emang?”

      “Aga!”teriak Luna.

      “Gausah teriak gitu juga, Luna!”balas Aga sambil menutup mulut Luna. Pengin disempal pake lap pel juga nih mulutnya Luna...batin Aga.

      “Heeeeem, bosen kan Ga?”tanya Luna memecah keheningan diantara mereka berdua.

      “Nggak. Kita nggak pergi hari ini ya!”jawab Aga.

      “Ih, kenapa? Aku udah dateng kesini demi kamu!”ujar Luna kesal.

      “Mamaku baru pulang, masa aku harus pergi??”tanya Aga. Tiba-tiba aja, Luna kepikiran sesuatu.

      “Main bareng mamamu aja, gimana?”tanya Luna. Aga mengangkat alis.

      Shafira selesai mengepak kue getuk dan nagasari di dalam sebuah tempat bekal berbentuk lingkaran. Dia juga sudah selesai dengan rambutnya baru dikeramas. Bajunya hari ini adalah kaos polos + kemeja kotak-kotak + celana jeans + flat shoes warna biru. Simple, tapi Shafira kelihatan cantik!

      “Mau kemana, Fir?”tanya budenya saat Shafira mengeluarkan sepedanya.

      “Ke rumah temen, bude.”jawab Shafira.

      “Ooh, jangan lama-lama ya.”jawab bude.

      “Siap!”balas Shafira kemudian mulai menggoes sepedanya.”Assalamualaikum!”

      “Waalaikumsalam,”jawab budenya.

      Baru aja dia mau keluar komplek, dia ketemu Gino.

      “Fira! Fira!”panggil Gino yang mengendarai motor. Shafira segera berhenti, lalu menghampiri Gino.

      “Halo Gin. Darimana?”tanya Shafira.

      “Pasar. Kamu mau kemana?”tanya Gino.

      “Oh, ke rumah temen.”jawab Shafira.

      “Siapa?”tanya Gino. Mau kemana Fira? Nggak biasanya dia pergi sendirian.

      “Ada deh pokoknya , ntar pulangnya aku cerita deh! Aku buru-buru! Dah!”ujar Shafira melambaikan tangan pada Gino.

      “Fir, “ujar Gino sekali lagi. Dia ingin mencegah Shafira pergi. Dia yakin, Shafira mau bertemu dengan Aga. Gino mengakui, kalau Aga jauh lebih tampan dibanding dia. Maka dari itu, dia nggak mau sampe Shafira suka sama Aga, apalagi berhubungan terlalu jauh. Tapi, apa hak dia? Melarang? Memangnya siapa dia?

      “Ya?”tanya Shafira menoleh pelan. Bulu matanya yang lentik terlihat begitu cantik.

      “Hati-hati.”ujar Gino pada akhirnya diiringi sebuah senyuman tak wajar. Shafira mengangguk dan mulai pergi.

      Luna emang paling bisa. Dia kan orangnya emang fashionable, sama kayak mamanya Aga. Jadi, Luna bisa dengan gampang nyambung dengan mamanya Aga. Aga hanya bisa menggelengkan kepala.

      “Wah, kamu penggila sepatu juga ya?”tanya mama Aga yang merupakan pengkoleksi sepatu. Dari mulai flat shoes, wedge heels, sampai Oxford. Semuanya lengkap.”Sini, tante tunjukin kamu sepatu-sepatu koleksi tante.”

      Mata Luna nggak bisa ngedip begitu melihat ratusan sepatu yang berkilau terpajang rapi, kini ada di hadapannya. Dia nggak percaya, kalau Aga sekaya ini. Kalau dia bisa nikah sama Aga, dijamin hidupnya akan selalu senang setiap hari. Dia nggak akan kehabisan duit selama hidup dengan Aga.

      “Wah, tante. Berapa lama buat mengoleksi ini semua?”tanya Luna seakan nggak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

      “Hahaha, hm, mungkin 37 tahun. Tante udah suka mengoleksi sepatu sejak kecil.”jawab mama Aga.”Ini, ada flat shoes yang bagus buat kamu. Dicoba aja.”

      “Wah, tante. Boleh-boleh.”Luna segera memilih salah satu flat shoes berwarna silver dan merah cerah, kemudian memasangnya di kakinya yang kecil dan terawat.

      Aga cuek dan nggak peduli. Luna emang bisa menarik hati mamanya, tapi enggak buat dia. Apaan yang menarik dari Luna? Cantik. Oke. Seksi? Oke. Cewek cantik emang banyak, tapi yang menarik cuma dikit, batin Aga.

      “Permisi,”sapa seseorang dari luar. Aga segera menghampiri suara itu.

      Dilihatnya cewek berpenampilan sederhana berdiri disamping sepedanya dengan menjinjing sebuah tempat bekal yang diberi kantong berwarna putih.

      “Shafira?”tanya Aga keheranan. Sebuah keajaiban, Shafira datang ke rumahnya. Bodyguard Aga ternyata tidak tinggal diam, mungkin karena majikannya sudah memberi tahu bahwa ia harus menjauhkan Aga dari Shafira, Aga tidak diizinkan keluar.

      “Tuan Aga tidak boleh keluar,”ujar bodyguard bertubuh kurus itu melarang Aga.

      “Siapa kamu, heh? Enak aja main ngatur-ngatur. Tugasmu itu kalau aku ada di luar rumah!”protes Aga. Shafira memperhatikan Aga dari kejauhan.

      “TIDAK.”jawab bodyguard itu sekali lagi dengan nada lebih tegas.”Biar saya yang ambilkan titipan teman anda itu.”

      Aga geram, kesal, dan bete.

      Shafira dan bodyguard Aga beberapa lama mengobrol dengan cukup serius. Nggak lama, Luna datang dengan aroma centilnya.

      “Hai Aga, how do you think about me?”tanya Luna. Aga menoleh. Gila nih cewek. Cantik sih iya—kakinya mulus dan putih. Wajahnya juga. Tapi, sifatnya itu loh. Keganjenan abis. Bikin risih.

      “Cantik ko cantik,”jawab Aga. Dengan jawaban itu, tentu aja Luna langsung melayang ke langit ketujuh. Dia segera kembali masuk dan menghilang. Akhirnya, bodyguard itu membawa jinjingan putih, dan Shafira sudah tidak ada di sana.

      “Ini.”ucap bodyguard Aga sambil menyerahkan jinjingan itu.

      “Orangnya mana? Kamu suruh pulang ya? Itu kan tamu gue!”ujar Aga kesal.

      Bodyguard Aga cuek sejadi-jadinya. Dia tidak menghiraukan majikan juniornya, dan malah pergi ke tempat lain. Aga menarik nafas dan mencoba meredam emosinya. Ia menyimpan jinjingan itu di dapur.

      “Aga?”tanya mamanya saat Aga berjalan dari dapur menuju kamarnya.

      “Ya ma?”balas Aga.

      “Pacarmu cantik loh, Ga. Baik, terus fashionable. Perhatian pula. Bisa juga ya kamu cari pacar seperti itu. Hihi.”ujar mamanya senang. Aga hanya bisa tersenyum. Dia senang, kalau mamanya senang.

      “Mama senang aku pacaran sama Luna?”tanya Aga memastikan.

      “Tentu.”jawab mamanya tersenyum.

      Aga membalas dengan senyuman tipis.

Dhiaz Putri Desectasari ;)
Dhiaz Putri Desectasari ;)

Hello. I'm Dhiaz Putri Desectasari. You can just call me dhiaz. I actually have two blogspot, which you open now is my personal blogspot. So, this blogspot is more flexible or follows my life and the content likes me. hehe, feel free if you want to keep in touch with me through my social media account huh. Greetings all.

No comments:

Post a Comment

Dhiaz Putri D ©. Powered by Blogger.