SHAFIRA’S STORY
Shafira
berlari sekencang-kencangnya penuh tenaga menghindari kejaran orang gila yang
mengejarnya sejak ia turun di terminal. Nafasnya sudah tidak teratur dan
kakinya sudah tidak bisa diajak berlari lagi. Tapi, kaki orang gila yang mengejarnya
masih sanggup menyamakan kedudukan. Tapi bagaimana, ia sudah tidak kuat lagi
berlari. Rambutnya sudah berantakan, dan mukanya pucat. Dan bruuuuk ...
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
“Dia kecapean cukup berat,”ujar dokter
Slytheri. Aga mengangguk. Dia kembali menatap gadis berambut panjang
acak-acakan yang menabraknya tadi.
“Jadi, dia harus beristirahat, makan dan
tidur yang cukup mungkin obat yang terbaik.”sambung dokter Slytheri mengambil
tasnya dan beranjak keluar. Aga tidak ikut keluar. Bi Am, meneyelimuti Shafira
sampai lehernya.
“Gadis ini siapa sih ga?”tanya Bi Am.
“Mana aku tau, dia nabrak aku tiba-tiba
dan keras banget,”balas Aga.”Liat ni, jidatku sampe berdarah kebentur jidat
dia, tapi jidat dia baik-baik aja.”jelas Aga menunjuk jidatnya yang diberi
hansaplast.”Wajahnya pucat banget, aku kasihan aja, yaudah bi, bikinin dia
bubur deh, taro aja di sini, biar dia makan sendiri. Aku mau les dulu.”
Di tempat les ...
“Aga!”teriak Luna kencang. Cewek centil
satu ini suka banget pedekate sama Aga dan berharap bisa jadi pacarnya. Aga
yang baru aja keluar dari mobil langsung bergegas masuk ke dalam gedung tempat
dia les.
“Ih Aga, gitu banget sih sama aku, tunggu
dong!”teriak Luna sekali lagi. Kali ini, dia bisa berjalan sejajar sama Aga.
Aga masih aja cuek. Dia paling benci cewek model kayak gini. Rese abis
soalnya..
“Aga!”Luna udah nyerah. Aga cepet-cepet
naik lift dan ninggalin Luna sendiri di lantai paling bawah dan segera menuju
lantai 3, untuk masuk ke kelas privat lesnya bersama Bu Anisa.
Aga masuk ke kelas, kemudian duduk.
Wajahnya masih sama seperti saat bertemu Luna tadi. Kesal dan muram. Bu Anisa
yang duduk di hadapannya jadi bingung.
“Kenapa ga? Mukamu suram amat,”ujar Bu
Anisa memberikan sebuah kertas soal matematika pada Aga.
“Biasa bu, si Luna centil, kerjaannya
ngintil aku mulu, rese banget lah, aku gasuka banget cewek kayak dia.”balas Aga
menatap soal matematika di mejanya sekilas.
“Ooooh Luna, dia sih emang kayak gitu,
tiap ada cowok ganteng pasti dideketin, tapi kalau ibu perhatikan nggak satupun
jadi pacarnya.”jawab Bu Anisa. Aga mengeluarkan pensil dan kotretannya.
“Pantes aja. Mana ada cowok yang mau sama
cewek kayak begituan? Aku sih nggak mau sama sekali.”jawab Aga. Dia mulai
menghitung soal nomor 1. Bu Anisa kayak pengganti mamanya yang sibuk
gila-gilaan dengan bisnisnya. Soalnya, bisa diajak curhat, karena umurnya masih
muda. 21 tahun. Nyampe soal nomor 5, dia keinget Shafira. Mendadak aja, wajah
cewek itu tergambar di kertas soalnya. Aga jadi kaget dan memukul kertasnya
keras. Beletak! Bu Anisa terkejut.
“Ga?”tanya Bu Anisa. Aga sadar itu cuma
khayalannya.
“Eh maaf banget bu, maaf,”ujar Aga menepuk
kepalanya pelan.
“Keinget apa kamu, ko sampai kayak
gitu?”tanya Bu Anisa. Aga meletakkan pensilnya.
“Tadi siang aku ketemu cewek, nggak kenal
sama sekali, dia nabrak aku dan pingsan, terus aku tolongin dan sekarang masih
ada di rumah aku,”jawab Aga dengan lantas dan agak cuek.”Tiba-tiba aja aku
keinget wajahnya. Abisnya wajahnya sempet deketan banget sama wajahku, sampai
jidatnya kena jidatku!”
Bu Anisa tertawa.
“Mm, jangan-jangan kali ini kamu akan
tertarik sama cewek ini.”kata Bu Anisa dengan nada menebak.”Sejak ibu kenal
kamu, kamu nggak pernah curhat kalau kamu pernah suka sama cewek, pasti
ceritanya kesel dan ilfeel sama cewek.”Aga kaget. Dia ternyata belum pernah
suka sama cewek sampai saat ini. Ckckck...
“Ah bu, kenal aja enggak, mana tau
sifatnya kayak gimana, jangan-jangan kayak si Luna juga, ih engga deh bu,”ujar
Aga kembali mengerjakan soal keenam.
“Kamu kan belum kenalan, jadi kamu jangan
dulu nyangka apa-apa, siapa tahu dia beda.”ujar Bu Anisa. Aga mengangkat alis.
Sepulangnya Aga dari les ...
“Bi,”teriak Aga dari ruang tamu. Jelas Aga
harus teriak buat manggil bibinya karena
letak dapurnya lumayan jauh dari ruang tamu. Bi Am, berlari menghampiri
Aga.
“Eh ga, udah pulang, makan sore nya udah
siap,”ujar Bi Am. Aga segera berjalan menuju kamar tamu yang dipakai Shafira
tadi. Kamarnya kosong dan udah rapi kembali.
“Anak tadi mana bi? Ko hilang?”tanya Aga.
“Oh tadi, si Shafira namanya,”ujar Bi
Am.”Dia cepet pulang karena udah kesorean katanya, terus nih, ada surat buat
den Aga,”sebuah lipatan kertas dari buku tulis diterima Aga dengan heran. Bi Am
kembali ke dapur.
Eh
sorry ya aku pulang nggak pamitan dulu sama kamu. Sorry soalnya aku takut
budeku panik kalau aku pulang setelah kamu pulang les. Ya takut kesorean lah
intinya.
Sekali lagi aku ngucapin terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan kamu. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah
terlantar di jalanan. Dan sorry, tadi aku udah nabrak kamu dengan keras, maaf
banget tadi aku lagi dikejar orang gila dan aku cape dan udah pengen pingsan.
Nanti kalau ada waktu, aku main deh ke
rumahmu buat bikinin kamu kue yang sering aku buat. Itung-itung sebagai ucapan
terima kasih.Oke?
Shafira
Aga tersenyum melipat surat itu. Cewek ini
sopan dan tau terima kasih. Nggak kayak cewek-cewek di sekolahnya yang nggak
punya sopan santun sama sekali. Aga melipat dan memasukkan surat itu ke dalam
saku bajunya.
Di kantor papanya Aga ..
Pak Lewis, papanya Aga sedang berdiskusi
dengan dokter keluarga mereka, dokter Slytheri mengenai gadis yang dibawa Aga
ke rumahnya tadi.
“Bapak yakin belum pernah melihat gadis
itu di sekolah Aga?”tanya Pak Lewis menatap lepas ke luar jendela kantornya.
“Menurut saya sih begitu, gadis itu
sepertinya bukan berasal dari golongan orang kaya.”jelas dokter Slytheri
mengingat penampilan Shafira.
“Lalu ada apa Aga membawa gadis itu?”
“Dari hasil pemeriksaan saya, gadis itu
pingsan karena kecapean, untuk apa yang terjadi sebelumnya saya kurang tahu
pak,”
Pak Lewis geram. Dia tidak suka anaknya
bergaul dengan selain anak-anak orang kaya. Dokter Slytheri yang juga merupakan
asisten pribadi Pak Lewis hanya tertunduk.
“Saya mau kamu carikan asisten pribadi
untuk Aga,”ujar Pak Lewis. Dokter Slytheri tersentak.
“Asisten pribadi pak?”
“Ya..yaa..saya tidak mau Aga masuk
pergaulan anak kampung, apalagi dia gadis, bisa-bisa Aga kepincut sama gadis
itu. Ngomong-ngomong dia cantik tidak?”
“Iya lumayanlah pak,”
“Tolong secepatnya carikan asisten pribadi
untuk Aga, paling lambat kamu harus kasih tau saya lusa, jangan sampai
terlambat.”
Sesampainya di rumah Shafira...
Shafira masih kecapean. Wajahnya emang
udah nggak pucat lagi, tapi tenaganya belum sepenuhnya terisi. Di rumah Aga,
dia hanya minum dan nggak makan bubur yang diletakkan di meja kamar, karena
takut pulang kesorean.
“Fira,”ujar Gino melihat sahabat karibnya
berjalan dengan letih. Kemudian Gino menuntun Fira sampai ke rumah. Ava menyusul
dari belakang.
“Fir, fir , kamu kenapa?”tanya Ava sahabat
karib Shafira juga. Ava tampak panik. Budenya Shafira pergi dari tadi siang dan
baru kembali nanti malam.
“Hm, aku nggak apa-apa, hanya kecapean
aja,”jawab Shafira lemas.
“Ah kamu ngarang aja deh, kamu pasti
sakit,”ujar Ava memegang jidat Shafira.
“No, bantu bawa ke rumahku,”ujar Ava. Gino
mengangguk.
“Eeh, aku mau pulang,”ujar Shafira.
“Budemu lagi keluar buat acara reuninya,
dia baru pulang nanti malem, kamu harus diobati fir, muka kamu pucat dan suara
kamu lemes banget,”ujar Ava dengan nada panik.
.........
“Aku cuma kecapean aja ko tante,”ujar
Shafira menyengir saat mamanya Ava memberikan kompresan.
“Kamu harus banyak istirahat ya fir, kamu
bisa tidur di sini dulu sampa budemu datang.”jelas mama Ava kemudian beranjak
pergi.
“Emang kamu habis ngapain sih? Pulang
sekolah bukannya langsung pulang sih, jadi aja kayak gini.”protes Ava. Gino
menyikut Ava.”Diem deh! Berisik kamu.”
“Tadi aku dikejar orang gila, aku lari dari
terminal kelapa sampai jalan otto iskandar dinata.”Ava dan Gino terpelongo.
Jauh banget si Shafira lari. Kayak orang lagi kompetisi maraton aja.”Aku
kecapean, terus aku nabrak cowok, eh cowok itu nolongin aku, terus aku dibawa
ke rumahnya, karena aku takut pulang kesorean, akhirnya aku pulang.”Gino tampak
lesu. Ava mengangguk dan siap mengoceh lagi.
“Bagus deh bagus fir! Jangan ketipu
bantuan cowok, siapa tau dia orang jahat yang so baik, iya kan?”tanya Ava pada
dua sahabatnya. Shafira mengangguk.
“Iya fir, sebaiknya kamu hati-hati kalau
nerima bantuan orang.”ujar Gino berusaha memadamkan api cemburunya. Shafira
mengangguk lagi.
“Yaudah gin, kita keluar aja deh, biarin
Fira tidur.”ujar Ava. Gino mengangguk.
“Dah Fira, cepet sembuh ya,”
Di rumah Aga ...
“LUNA?!”teriak Aga melihat cewek yang
selalu mengintilnya setiap hari datang ke rumahnya. Aga kelimpungan. Kemudian,
dia berlari keluar kamarnya.
“Agaaaa!!”sapa Luna dengan nada berteriak
dan nyerocos masuk ke dalam rumah Aga tanpa sopan santun. Aga yang sedang
mencoba berlari untuk bersembunyi berhenti dan menyerah.
“Ih Aga, tadi ko kamu cuek banget sama aku
sih,”kata Luna centil. Aga blablabla kesel.
“Ga, besok anter aku ke pameran kue
yuk,”ajak Luna memegang tangan Aga. Aga dengan keras melepas.
“Jangan pegang-pegang, dasar cewek centil
lu.”ujar Aga kesal.
“Tapi temenin aku ya,”ujar Luna
memelas.”Peliss, sekali ini aja deh,”
Hati Aga udah geram banget pengen nampar
cewek satu ini. Tapi, dia termasuk tipe cowok yang penyayang, nggak tegaan pula.
“Iya ya, berisik !”Luna kegirangan. Aga
melanjutkan langkahnya, bukan untuk bersembunyi, melainkan untuk mengambil
minum menenangkan hati dan amarahnya.
“Jam 2 aku jemput ya ga! See you!”
Aga lega, akhirnya Luna udah angkat kaki
dari rumahnya.
Pengumuman pameran kue besok sore ..
Malam ini, kondisi kesehatan Shafira
membaik. Tampaknya, dia udah nggak pucat dan seperti orang sakit lagi. Dia udah
sanggup cuci piring dan buat nasi goreng buat makan malam di rumahnya. Ava,
stay nemein Shafira di rumahnya, karena masih takut kalau Shafira kenapa-napa
lagi. Sedangkan Gino, dia sedang mengaji, katanya kalau sempat, dia juga bakal
datang ke rumah Shafira.
Ava lagi baca majalah “GIRL FRESH” yang
biasa dibelinya. Penulisnya adalah salah satu murid sekolah mereka juga.
Majalahnya bagus dan emang fresh. Update setiap minggu. Ada
shop,healthy,hobby,food,film, dan semuanya yang berhubungan dengan kehidupan
cewek remaja.
Bagian food, ternyata besok sore ada
sebuah pameran kue. Isi pengumumannya:
Hai girl ! Tentu dari kalian pasti ada
yang hobi masak bukan? Tentunya sebagai cewek, kalian harus punya hobi masak
dong. :D
Khususnya yang suka
bikin kue nih, besok, “BAKERY FRESH” salah satu cabang dari “FRESH LIFE” yang
juga merupakan produser “GIRL FRESH” ngadain sebuah pameran dan bazar kue di
lapangan gasibu, Bandung. Macam-macam deh kuenya. Bebas dengan dua syarat tanpa
pengawet dan yang penting unik. Bisa kue modern, tradisional, sampe
internasional juga boleh.
Buat kedisiplinan pas hari H nya, kalian
diharuskan mendaftar dulu buat pesen stand ke nomor ini : 085720000199 atau
menelfon ke 022 60780987. Buat stand ada tiga kategori, ada “kelas SMP”, “SMA”
dan “Kuliah”. Semuanya setara ko, nggak ada spesialnya. Jadi, semua sama.
Hanya, macam kuenya yang berbeda.
Ada banyak bintang tamu yang bakal hadir.
Nggak bisa disebutin satu-satu deh pokoknya. Join ya buat para cewek! Yang
cowok boleh ikut nimbrung ko. Satu grup boleh beranggota 3-8 orang! Campur
cewek cowok juga boleh.
Pendaftaran dibuka mulai siang ini. Pada join
ya! Undangan ini udah tersebar di seluruh media cetak di Jawa Barat.
Terakhir nih, kuenya yang menyehatkan,
tanpa bahan pengawet, dan unik ya! ;)
Thanks, Alifia Quardani,
Produser Fresh.
Ava keinget nih sama hobinya Shafira
buat bikin kue basah. Kebetulan aja tanpa pengawet.
“Fir!”teriak Ava beranjak ke dapur.
Shafira yang sedang mengelap kompor segera menanggapi.
“Kenapa va?”
“Ada pameran kue nih, ikutan yuk!”
“Dimana?”
“Gasibu. Besok sore.”
“Waduh, mendadak amat va.”
“Biarin, orang pendaftarannya aja baru
dibuka tadi siang. Ayolah, aku bantu.”Gino berdiri di depan pintu rumah
Shafira.”Gino juga, kita bisa ajak anak yang lain.”
Shafira menyimpan lap dan memandang Gino
sejenak, lalu tertawa.
“Kita jualan kue basah. Syaratnya tanpa
pengawet nih.”
“Kalau aku sih oke aja, cuma modalnya dari
mana?”tanya Shafira. Gino yang tidak mengerti pembicaraan dua sahabatnya .
“Patungan aja.”
“Kalian ngomongin apa sih?”
“Ah udah diem Gin! Ini urusan cowok! Eh
cewek!”ujar Ava.
Shafira terkikik.
“Yaudah, kamu yang daftar va, nanti aku
bilang bude buat bantu modal.”
Ava tersenyum dan mendelek Gino yang masih
kebingungan. Kue?! Modal?! Mereka berdua mau bangun toko kue?! Hah?
Budenya Shafira udah pulang, Ava udah
selesai mendaftar. Dia pake namanya Shafira.
“Bude,”sapa Shafira sambil mengikat
rambutnya. Budenya baru aja datang jam sepuluh malam dengan wajah kelelahan dan
membawa dua kantong plastik besar.
“Fir, maaf ya, tadi bude nggak bilang dulu
sama kamu kalau bude mau pergi sampai malam begini.”ujar Bu Ambar sambil duduk
di meja makan. Shafira menyimpan dua kantong plastik besar itu di dapur.
“Nggak apa-apa bude,”jawab
Shafira.”Kayaknya bude kecapean, sebaiknya bude istirahat dulu aja.”
“Iya iya, bude sholat isya dulu,”Shafira
mengangguk.”Itu apa ya bude?”tanya Shafira menunjuk kantong plastik yang dibawa
budenya.
“Itu bahan membuat kue basah. Temen bude
kasih kebetulan dia punya pabrik kue basah. Jadi gratis hehe, lumayan,”ujar Bu
Ambar terkikik kemudian membuka kerudungnya dan masuk ke WC.
Triing! Sebuah lampu bersinar menyala di
kepala Shafira. Rezeki emang nggak pernah lari kemana-mana, selain kepada orang
yang ditakdirkan mendapatkannya! Lumayan nih buat ngurangin modal beli bahan
pameran kue besok. Ehe, semoga aja dapet untungnya besar. :D
Keesokan harinya ...
Pagi-pagi sekali, Aga udah kebangun. Bunyi
handphone dan alarm membangunkannya di pukul 06.00 pagi. Niatnya sih udah
shalat shubuh Aga bakal tidur sampai pukul 09.00. Eh hambatan mah selalu tepat
pada orang yang dituju.
Ternyata si Luna centil ngasih dia pesen
di ym Aga yang ber id Araga_By
“Ga jgn lupa nanti
jam 2 siang aku jemput buat anter aku ke pameran kue (^o^) yaa.”
Aga melihat pesan singkat tersebut dengan
mata masih redap-redup. Nih anak rese abis, pacar aja bukan, riweuhnya sampai
segininya. Protect abis! Apalagi udah jadi pacar? Brrrrrr...
Kepaksa, karena Aga udah nggak bisa masuk
dunia mimpi lagi, dia juga bangun aja sambil bales ym nya Luna.
“Gjanji anter.”
Pesan balasan padat dan singkatnya tersebut, malah membuat
sebuah percakapan panjang dengan Luna.
“Loh ko?plis dong ga! Km kan udah bilang
iya kmrn.”
“Emg aku janji?”
“Ih Aga! Plis ga! Sekali ini aja !
(>>~~<<)
Aga malas dan membawa handphonenya keluar
kamar. Gila! Rumahnya sepi abis! Gede, mewah, elegan, rapi, tapi hanya dihuni
sama dia, Bi Am, dan Pak Mur. Mendingan tinggal di gubuk gini mah. Batin Aga.
“Iye dah ah.”
“Asik, makasih ya ga :*”
“Eh sial! Ngapain ngsh kode kiss ke aku?
Amit-amit.”
“(--...--)Iya maaf maaf. Tetep anter aku
kan?”
“Iye, udah berisik!”
Aga meng-offline kan ym nya tersebut.
Kemudian, dia mencari Bi Am, buat membuatkannya sarapan pagi. Dia mengambil
susu cair di kulkas dan melihat Pak Mur sedang menelfon. Dia meminum susu
dingin, meninggalkan handphonenya, kemudian menghampiri Pak Mur di ruang
keluarga.
“Nelfon siapa pak?”tanya Aga setelah
meneguk susu dari gelasnya yang panjang setelah Pak Mur menyimpan gagang
telfonnya.
“Dari Tuan.”Aga melangkah pergi. Oh,
papanya.
“Eh den Aga. Tunggu,”Aga menoleh
kebelakang menghabiskan susunya.
“Tadi kata Tuan, bakal ada asisten pribadi
baru buat den Aga,”Aga tersentak kaget. Untung aja, susu di mulutnya udah
duluan masuk ke tenggorokan, sehingga nggak menyembur keluar lagi.”Katanya
bakal datang siang ini.”
“Asisten pribadi pak?”
“Iya den.”
“Terus bapak? Bapak tetep jadi supir saya
kan?”
“Iya den. Katanya, dia...”
Ucapan Pak Mur terputus karena handphone
Aga yang ada di dapur berbunyi dering kalau ada telefon.
“PAPA CALL”
“Halo pa.”
“Halo pagi ga, tumben bangun pagi.”Aga
tidak menjawab.
“Udah denger berita dari Pak Mur?”
“Udah pa.”jawab Aga cuek.
“Nah kamu harus terima dia seperti kamu
terima Pak Mur juga.”
Aga ingin mencoba membela diri.
“Pa, aku ini bisa jaga diri sendiri. Nggak
usah pake asisten pribadi segala. Supir juga udah cukup. Aku ini bukan orang
penting kan pa? Jadi nggak usah dikasih asisten pribadi.”
“Ini demi kebaikan kamu juga ga,”
“Kenapa nggak papa atau mama aja yang
jagain aku? Yang awasin aku? Oh aku udah tau jawabannya. Papa dan mama sibuk
dengan bisnis yang gila-gilaan gitu. Sampe lupa ngasih kasih sayang sama anak
sendiri. Untung aku anak tunggal, kalau dulu mama beranak banyak, bisa-bisa
kalian stress. Iya kan? Pa, kasih sayang berupa materi dari papa selama ini
udah lebih dari cukup. Aku udah puas. Yang aku butuh kasih sayang dari mama dan
papa. Kasih sayang yang bener-bener. Mama dan papa ada di rumah. Itu yang aku
mau pa!”protes Aga. Pak Mur memutuskan untuk keluar dan mencuci mobil.
“Diam Aga! Beraninya kamu berbicara
seperti itu! Pasti ini pengaruh anak kampung itu!”Aga terheran. Anak kampung?!
Siapa yang dimaksud papa anak kampung?!
“Anak kampung?”
“Iya . Gadis yang kamu bawa ke rumah.
Pasti karena dia kamu jadi berani mengatakan perkataan tidak sopan itu pada
papa!”telefon ditutup. Koneksi terputus. Aga termenung. Shafira? Papa menyebut
dia anak kampung? Kenapa papanya bisa tahu kalau kemarin dia bawa Shafira ke
rumah ini? Siapa yang memberi tahu? Tapi, Shafira bener-bener nggak ada
kaitannya sama omongannya tadi. Itu murni dari hatinya. Unek-unek dari hatinya
yang udah lama nyangkut.
Aga masuk ke kamar mandi.
Di rumah Shafira ...
Ava mencairkan gula merah, Gino memarut
kelapa, bude membuat adonan getuk, Shafira membuat adonan kelepon, Ariesta
membuat adonan lupis, dan tiga anak lain membantu mengepak makanan yang sudah
jadi ke dalam plastik dan cup. Rencana Ava dan Shafira akhirnya bisa terwujud.
Budenya memperbolehkan mereka menggunakan bahan-bahan kue basah yang dibawa
kemarin dari rekannya. Jadi, modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Jam menunjukan pukul 09.00. Mereka baru
selesai membuat 30 plastik berisi lupis. Rencananya, mereka akan membuat
masing-masing 30 porsi makanan. Lupis, Kelepon, Getuk, Jewel, Colenak, dan
masih banyak lagi. Malah, porsi yang besar itu tetep masih menyisakan banyak
sisa adonan. Tadinya, mereka mau buat porsi yang banyak banget, lebih dari 50
malah, cuma takutnya nggak laku. Hehehe.
Shafira selesai membuat kelepon dan Ava
sedang memasukkan gula cair. Gino juga tampak selesai dengan kelapa-kelapanya.
Semuanya hampir selesai. Jam menunjukkan pukul 10.10. Rencananya, mereka akan
berangkat jam 13.00 siang, karena pameran akan dimulai pukul 15.00. Semua
anggota pameran harus datang dua jam sebelum acara dimulai.
Gino lagi curi-curi kesempatan. Shafira
kayaknya kesulitan masukin jewel ke dalam bungkusan. Keempat anak yang bertugas
tadi, kebetulan kembar tiga, dan tiga-tiganya kebelet ke WC. Jadi, yang nyisa
tinggal satu.
“Mau aku bantu fir?”tanya Gino duduk di
samping Shafira. Shafira menoleh, Agitta, hanya tertawa.
“Nggak usah gin, Agitta bisa bantu
ko.”ujar Shafira menghekter bagian atas satu bungkus jewel. Gino mengangguk.
“Oke deh. Kalau mau minta bantuan, panggil
aku aja ya. Aku siap membantu.”Shafira tersenyum. Ava yang sedang kesulitan
memasukkan gula merah cair, mendengar Gino mau memberikan bantuan. Kalo Shafira
tidak mau, dia saja yang yang dibantu.
“Yaudah gin bantu aku aja sini!”teriak
Ava. Budenya Shafira sampai tutup telinga, karena jeritannya Ava sangat
memekakan telinga.
“Ih lu! Berisik amet sih! Gua kan di sini.
Ga jauh dari lu”ujar Gino mengusap daun telinganya. Ava menyengir.
“Ye, nawarin bantuan ke aku ke, kan
Shafira udah ada yang bantuin si Agitta, aku? Kerja sendiri nih.”ujar Ava. Gino
mulai membantu.
“Ah itu sih derita lu. Bukan gua!”balas
Gino. Ava memukul kepala Gino dengan sendok sayur. “PELETUK”. Shafira melihat
kedua sahabatnya bertengkar. Ava dan Gino emang jarang akur.
“Apaan sih lu mukul-mukul? Gua pukul balik
tau rasa lu!”ujar Gino mengusap kepalanya lalu berdiri.
“Eh mau kemana?”
“Pergi. Males gua bantuin orang rese macem
lu. Dikasih bantuan malah mukul.”
Ava ngerasa bersalah dan sangat memerlukan
bantuan Gino.
“Iyaya maaf Gino ganteng!!!!”ujar Ava
dengan terpaksa. Gino terkikik.”Bantuin dong plis,”
Bude mau memadamkan suasana.
“Gin, jangan gitu ah sama cewek, bantuin
aja .”ujar bude mulai membungkus kelepon. Gino mengangguk, lalu melirik
sebentar Shafira. Jantungnya berdebar dan mulai membantu Ava.
Asisten barunya Aga udah datang ke rumah.
Aga males banget nemuin orang yang nggak diharapkannya buat datang. Runyam nih
rumah. Tapi, satu-satunya cara buat ngebebasin dia dari asisten pribadi barunya
ya Luna.
“Lun, dtg skrg deh,”Aga mengirim pesan
singkat lewat ym. Kebetulan id Luna yang keempat, Lunapinkshop, lagi on.
“Emm,knp nih minta aku dtg skrg? Kangen
aku ya?”Aga udah nyangka si Luna bakal
geer setengah mati.
“(----_----) Jangan geer. Aku gak ada
temen doang. Plis y”
“:”> aku jd malu ga.”
“Udeh gausah malu-malu-an, cptan dtg!”
“Oke deh :) :*”
“Jangan mulai deh
-________________________-”
“Oke. Sorry. Aku otw skrg ya.”
Aga nggak ngebales lagi. Lega nggak lega
perasaannya. Terpaksalah dia manggil si Luna cepat-cepat supaya bisa kabur dan
bebas dari asisten pribadi yang dikasih papanya. TRING! Tiba-tiba dia keinget
sama Shafira. Katanya, gadis itu mau ngirim dia kue sebagai ucapan terima
kasih? Ko ga ada ya? Atau dia sama aja kayak cewek di sekolahnya yang tukang
boong dan muna?
Ya kayaknya sih engga. Tapi nggak tau juga
deh. Aku belum kenal sama dia. Ujar Aga dalam hati.
Luna sampai di rumah Aga dengan pakaian
serba ungu.
“Aga!”teriak Luna. Aga terpelongo. Waduh,
nih cewek!
“Aku udah dateng ke sini sekarang demi
kamu, ada apa sih?”
Aga ngerasa bakal risih kalau jalan sama
Luna dengan pakaiannya Luna yang serba ungu mencrang.
“Kamu bawa baju ganti nggak?”
“Nggak. Emang kenapa? Baju aku jelek ya?”
“Bukan. Aku nggak suka warnanya aja.”Raut
wajah Luna muram.
“Sorry ga. Nanti kita ke Mall dulu deh
terus beli baju baru.”
Wah. Ni anak so kaya banget. Batin Aga.
“Nggak usah deh, bentar aku ganti baju
dulu.”
“Ga, pake bajunya mecingin sama bajuku ya,
biar kita kayak pasangan serasi gitu.”kata Luna centil. Aga blablabla sambil
melangkah masuk kamar.
Pas keluar, asisten pribadinya udah duduk
aja di ruang tamu. Jelas aja, Aga kaget. Luna cuma sibuk main bb di sofa ruang
tamu. Aga segera menghampiri Luna. Tapi, asistennya itu keegeran.
“Siang Tuan Aga, saya asisten pribadi
anda.”Luna kaget. Bb nya segera disimpan.
“What? Aga pake asisten pribadi? Nggak salah
ga?”
Aga kesal.
“Saya nggak mau.”
“Ini perintah Tuan Lewis.”
“Ya saya bilang nggak mau.”timpal Aga
makin kesal.
“Eh pak, Aga nya aja nggak mau, jadi nggak
usah maksa maksa gitu dong.”
“Saya tidak berbicara dengan anda, maaf.”
Ketus banget nih asisten pribadinya Aga.
Mana mau ada orang punya asisten kayak begini. Badannya biasa aja. Kagak kayak
bodyguard biasanya. Batin Aga.
“Lun, bujuk dia deh supaya nggak nganter
aku hari ini.”bisik Aga. Luna meng”iya”kan.
“Pak, hari ini saya sama dia mau nge-date.”Aga
terpelongo. Nge-date dari mana? Pacaran aja engga. Aduh nih anak.
“Kan bapak tau ya pak, kalau ng-date itu
buat orang pacaran yang pengen jalan berdua. Jalan, makan, nonton, foto, main,
tanpa diawasin sama orang lain. Kalo diawasin itu rasanya nggak enak pa.
Kededet gimana gitu. Bapak juga kalau lagi nge-date mana mau diganggu ya pa?
Jadi untuk hari ini, bapak bisa nggak kerja deh pak. Ya pak?”cerocos Luna
sambil mengedap-ngedipkan matanya. Aga nyerah aja deh. Tapi dia nggak nganggap
sama sekali Luna sebagai pacarnya.
“Tuan Aga, apakah benar?”
Aga bingung. Kalau bilang benar, nanti
asisten ini lapor ke papanya dia pacaran. Mana sama Luna lagi. Kalau bilang
engga, masa nanti dia diintilin mulu. Terpaksa dia bilang.
“Ya.”
Aga dan Luna otw Mall. Luna jadi beneran
beli baju baru di Mall. Soalnya, Aga pake baju hijau dan ngerasa nggak mecing.
(Emang nggak mecing sih)
Shafira dan kawan-kawan persiapan menuju
Gasibu.
“Bude yakin nggak akan ikut?”tanya Shafira
setelah selesai memasukkan kotak berisi getuk ke dalam angkot yang disewa oleh
tiga kembar (Ami, Ani, Agi). Maklumlah, soalnya nggak ada lagi alat
transportasi buat ngangkut mereka ke Gasibu.
“Nggak ah, lagian kan acaranya buat para
remaja, masa bude udah tua kayak begini ikutan?”balas budenya bercanda.
“Yaudah deh bude, aku nggak bisa maksa
juga,”balas Shafira lagi. Shafira, Ava, Ariesta, Gino, Ani, Ami, dan Agi
pamitan dengan cium tangan dan ngasih salam ke bude. Kemudian, mereka ontheway
menuju Gasibu tepat waktu.
Shafira menyusun papan berisi judul stand
mereka. Judulnya “Walau Murah, Yang Penting Wenak!”. Itu idenya si tiga kembar.
Ya, diterima ajalah. Lumayan bagus juga. Hehe :D
“Fir,”sapa Gino sekilat. Bukannya Shafira
yang mendengar, malah Ava yang mendengar.
“Eh dasar si Gino godain Fira mulu dari
tadi,”ujar Ava seperti kesal. Ava suka sama Gino? Nggak mungkin. Karena mereka
rajin sekali bertengkar.
“Apaan sih lu, diem aja deh.”timpal Gino.
Ava cemberut.
“Ada apa Gin?”tanya Shafira .
“A..n..anu..nih, hehe.”ujar Gino gugup.
Ava kembali menjulurkan lidah meledek.”Diem lu!”Shafira kaget. Ditanya
baik-baik, Gino malah membentaknya. Sebenernya, Gino ngasih bentakan itu buat
Ava, karena dia nggak bisa diem. Tapi, Gino baru sadar kalau wajahnya dan jalur
ngobrolnya lagi sama Shafira.
“Eh fir, sorry, tadi..”
“Iya nggak apa-apa, kalem aja.”jawab
Shafira.
Gino siap balas dendam. Walaupun angkotnya
desak-desakan, mereka berdua masih tetap sempat bertengkar.
“Lu! Ihh!!!!!”ujar Gino mencubit dengan
sekuat tenaga pipi Ava. Shafira lagi sibuk menulis jadi nggak memperhatikan.
“Aw..Apasih Gin? Lu ganggu aja!”ujar Ava
kesal. Ia melepas headsetnya.”Mau ngajak ribut?”
“Lu tuh yang ngajak ribut duluan, apaan
sih lu ngatain gua godain Fira, kita kan sahabat!”ujar Gino. Shafira mulai
mengalihkan konsentrasi pada cekcok dua sahabatnya.
“Tau ga! Kenapa aku selalu nyari perhatian
kamu? Karena aku suka kamu!”ujar Ava naik darah. Si tiga kembar mangap bersama.
Shafira juga. Gino mengangkat alis, sedangkan Ava salting luar biasa.
Penyesalan berbekas di mulutnya. Aduh, gila ini, karena emosi dia sampai bilang
isi hatinya. Upppsss.
“Hah?”
“Udah lupain, tadi aku lagi emosi,
biasalah orang emosi suka asal ceplos dan omongannya suka ngawur, jadi
udahlah,”ujar Ava memasang kembali headsetnya. Telinga semua anak di dalam
angkot masih normal dan mendengar jelas apa yang dikatakan Ava tadi. Apalagi
dengan nada berteriak. Sampai-sampai, si supir ikut-ikut mendengar juga. Gino
duduk sambil memandang jalanan yang ramai. Menghirup angin menenangkan hatinya.
Shafira tersenyum pada Ava, yang pipinya memerah. Si tiga kembar
berbincang-bincang sendiri.
Di Mall....
“Lun, beli baju aja lama amat sih!”ujar
Aga kesal. Udah 15 menit Luna mandangin empat baju dengan model sama, harga
sama, dan warna hampir sama. Hijau. Cuma, jenis hijaunya berbeda-beda.
“Em..kayaknya yang ini mecing sama baju
kamu.”ujar Luna mengambil baju warna hijau terang dan menyamakan dengan kemeja
hijau muda yang dipakai Aga.
“Udah cepet, ambil, sini dah aku
bayarin!”ujar Aga merebut baju itu paksa lalu membayarnya. Luna mulai
kesenengan.
“Makasih Aga say..”
“Diem! Jangan keceplosan lagi, udah buruan
ganti baju!”
Di perjalanan menuju pameran kue di
Gasibu..
Luna mengkahayal. Mengkhayalkan kalau dia
bisa pacaran dengan Aga. Indah rasanya. Pasti dia bakal jadi pacar pertamanya
Aga. Batin Luna.
“Heh, ngapain senyum-senyum,”ledek Aga.
Dia udah mulai bete berat.
Luna malah tersenyum lebar memperlihatkan
behel giginya yang berwarna biru cemerlang.
“PAPA CALL”. Aga tambah badmood.
“Halo pa,”
“Bener kamu pacaran sama Luna?”
Waduh! Harus ngejawab apa nih?! Aga
memandang Luna. Okelah Luna itu cantik, tapi sifatnya ngeresein abis! Terpaksa
dia menjawab :
“Iya pa.”
“Wah wah wah, selamat kalau begitu, papa
ikut senang! Beruntunglah kamu cepat punya pacar biar nggak gaul sama gadis
kampungan itu lagi!”Aga mengangkat alis.
“Pa, kenapa sih papa bilang Shafira itu
gadis kampungan? Papa tahu dari mana kalau aku pernah bawa gadis ke rumah?”
Demi menjaga privasi bahwa dokter Slytheri
adalah asisten pribadinya, Pak Lewis menjawab lain dengan kenyataan.
“Gadis itu datang ke kantor papa, lalu
bilang bahwa dia suka padamu, dan dia ingin dijodohkan denganmu.”Sontak Aga
terkejut. Hah?! Masa iya Shafira punya sifat yang kayak Luna. Jauh lebih parah
dari Luna malah, sampai meminta perjodohan. Tapi, tau dari mana kantor papanya
ya?
“Ko dia bisa dateng ke kantor papa ya?”
“Entahlah. Yasudah selamat berkencan ya.”
Aga merasa jijik. Ini hanya kebohongan.
Luna jangan sampai tahu kalau Aga mengaku menjadi pacar Luna sebagai pacarnya.
Bisa-bisa di sekolah dia jadi bahan obrolan hangat. Dan Shafira, beneran nggak
ya, kalau ternyata dia melakukan hal separah itu? Aku nggak percaya. Sangat
nggak percaya. Batin Aga ...
Pameran dimulai. Tim Produser FRESH yang
berjumlah 300 orang menyebar sesuai dengan tugasnya. Ada yang menjadi MC,
Keamanan, Konsumsi,Publikasi,Keuangan Mendadak, dan lainnya. Bazar Kue dimulai.
Banyak banget stand yang disediakan.
Secara, Gasibu lapangannya gede. Ada satu panggung disediakan. Ternyata,
bintang tamunya lumayan banyak. Ada RAN terutama. Band favorit Aga dan Shafira.
Ada Rosemary,Endah n'Rhesa, Maliq n' D'Essentials, Adithiya Sofyan, Nidji,
SM*SH, Tompi, Netral, Ungu,dan masih banyak lagi. Semua stand isinya kue. Tapi
nggak full kue, ada beberapa minuman dan makanan berat juga. Tapi, sekarang,
Gasibu kayak lautan kue. Ada kue yang kayak di pesta pernikahan lah, kue
tradisional lah, kue kering lah, dan banyak lah pokoknya. Tiket masuknya :
Cukup 55.000, dengan bonus bisa dapet satu macam kue dan bisa milih dari semua
stand. Kurang enak apa coba?Terus yang VIP nya 90.000 dengan bisa milih dua kue
dari semua stand. Dan yang VVIP, 130.000, dapet tiga kue dan satu minuman. Enak
banget!
Shafira dkk udah siap menjajakan kue basah
mereka. Mereka masuk stand kategori “SMP” dan dalam Formasi Stand “Kue
Tradisional”. Jadi, stand disamping mereka semuanya menjual kue tradisional. Si
tiga kembar, menjajakan “taster” semua kue basah yang dijajakan hari ini.
Sedangkan Shafira, Ava, dan Gino duduk dalam stand sambil menghias.
Ribuan orang langsung menyerbu, begitu
pintu masuk dibuka. Pas di pintu masuk aja, udah dikasih cinderamata berupa
gantungan kunci berbentuk roti. Yummy! Haha. Performance pertama
adalah...Dengerin MC-ya aja yuk!“HELOO GIRLS AND BOYS! WELCOME IN FRESH
PRODUSER CELEBRATE BAZAR WITH TITTLE “CAKE FRESH”. Sorak sorai penonton
terdengar begitu meriah.”NIKMATI PAMERAN INI, BERSENANG-SENANG, JANGAN
BERSEDIH, PERFORMANCE PERTAMA ADALAH RAN DENGAN PANDANGAN PERTAMA.”Kata MC
berambut panjang warna hitam legam itu.
Ribuan orang itu langsung menyebar. 55
stand yang ada langsung dipenuhi orang. Apalagi kue modern. Tapi kue
tradisional juga tidak kalah ramainya.
Aga dan Luna berada dalam keramaian yang
begitu luar biasa. Mereka terdorong kesana-sini. Suara Nino RAN yang menyanyi
terdengar di seluruh speaker yang terpasang. Kondisi dengan alunan lagu yang
ceria membuat pameran sore itu menjadi sangat meriah.
Nggak disangka, Luna yang begitu centil,
ternyata menyukai jajanan tradisional.
“Ga, ayo yuk ke sana, ke kue
tradisional.”ujar Luna menarik tangan Aga. Jelas Aga menolak, karena dia tidak
menyukai kue tradisional.
“Nggak ah, aku gasuka, kamu aja ke sana,
aku biar nunggu di sini,”jawab Aga dengan keras. Luna nggak mau kalah.
“Ayo dong ga, mama ku pesen nih, lagian
kamu belum coba sih, plis ga, plis!”Aga nyerah. Walaupun emosi di perasaannya
udah membludak pengen dikeluarin, tapi situasi nggak memungkinkan. Marah-marah
di tengah keramaian orang gini memalukan.
Ada 10 stand kue tradisional dalam formasinya.
Luna langsung mencari stand yang paling menarik. Mata Luna langsung tertuju
pada stand Shafira yang memang menarik. Gaya stand nya bergaya sangat
tradisional. Aga hanya bisa mengikuti.
“Aku mau taster nya dong,”ujar Luna centil
kepada Ani,Ami,dan Agi. Shafira selesai mengepak getuk dan mulai akan melayani
pembeli. Ava bergantian dengan Shafira karena merasa agak pusing. Apalagi
setelah Gino tau perasaannya yang selama ini ia pendam. Makin aja Ava merasa
nggak enak badan.
“Sil..ahk.an.”ucap Shafira terbata-bata
melihat Aga yang berdiri memandangi nampan berisi kelepon yang sepertinya
menjijikan. Aga juga baru tersadar. Kornea mereka berdua saling memasuki.
Sebuah perasaan yang timbul dari mata perlahan menuju hati sesuai lintasannya
tanpa berbelok. Alunan reff lagu RAN – Pandangan Pertama, makin membuat suasana
sangat mengesankan bagi Shafira dan Aga. Luna selesai mencoba taster dan
memutuskan :
“Aku beli lima bungkus kelepon dan dua
bungkus jewel ya,”ujar Luna. Ia melihat Aga masih memandangi Shafira yang sudah
berpaling dan mengepak kelepon yang dipesan Luna. Gino yang agak merasa cemburu
segera memberikan kembalian pada pembeli lain.
“Ini,”ujar Shafira memberikan satu kantong
plastik putih dengan sebuah pita biru muda. Aga melepas lamunannya, kemudian
melihat Luna yang sedang mengeluarkan uang 50.000.
“Berapa semuanya?”
“48.000.”Luna mengangguk.
“Ga, nggak beli? Sayang loh, jarang nih
ada pameran kue kayak gini.”
Aga masih kelimpungan untuk ngomong.
Jantung dan hatinya dag-dig-dug nggak jelas. Tangan dan kakinya dingin ,
bergetar pula.
“Aga!”teriak Luna.
“Ya?”
“Mau beli ga?”
“Engga, aku nggak suka.”Luna menerima
kembalian dari Shafira. Shafira langsung berpikir, percuma juga kalau nanti dia
akan mengirimi Aga kue basah, mana mungkin Aga akan memakannya. Jadi, dia
sempat mengurungkan niatnya.
Ava memperhatikan Aga dari dalam stand.
Begitu juga Gino.
“Gin,”sapa Ava.
“Hm?”
“Tadi liat nggak Shafira sama cowok itu
tuh, saling pandang?”Gino melirik Ava.
“Ha? Masa?”
“Cowoknya ganteng sih, pantesan Shafira
hokcai.”
“Hus diem deh!”
“Cemburu ya?”
“Nggak.”
“Ah masa?”
“Diem atau gua jait tuh bibir!”Ava
mendelek kesal.
Aga rada bingung. Dia cepet-cepet mutusin
untuk segera pulang dan berlalu dari keramaian pameran kue ini. Pas ketemu
Shafira hatinya jadi nggak karuan. Entah ada apa, suka atau apa. Yang jelas,
dia ingin segera pergi. Luna yang masih ingin stay di sini mencoba mencegah
Aga.
“Ga, kenapa sih?”
“Pengen pulang,cape,pusing,”
“Ah masa baru juga bentar udah pusing
lagi?Nggak biasa ya dateng ke yang beginian? Makanya pacaran sama aku deh biar
sering dateng ke acara yang kayak gini.”
“Apasih kamu! Aku nganter kamu juga nggak
terlalu niat! Udah ah jangan paksa aku buat tetep stay di sini!”
“Aga! Tunggu!”
“Apalagi?”
“Terus aku gimana?”
“Pulang sendiri.”
“Takut,”
“Minta jemput bisa, kan? Mobilmu kan
seabreg! Supir kamu juga ratusan. Iya kan?”tanya Aga terpancing emosi. Luna
tetep kekeh.
“Kamu anter aku ke sini, kamu juga harus
anter aku pulang.”
“Emang aku siapa kamu?”
“Pacar.”kata Luna lantang. Mereka berdua
bener-bener lagi bertengkar.
“Apaan kamu ngaku-ngaku? Aku nggak merasa
sama sekali menjadi pacar kamu!”
“Masa? Tadi aku dapet bbm dari papamu
kalau kamu ngaku kamu udah jadian sama aku. Apa itu yang kamu sebut nggak
ngaku, hah?”ujar Luna. Aga tersadar.
“Udah, pokoknya kamu harus tetep di sini,
atau aku akan bilang kamu nggak bisa jadi pacar yang baik!”Aga nyerah. Luna
menang.
Di tempat lain ...
Pertemuan bisnis Pak Lewis, papanya Aga
dan Pak Afiq, papanya Luna selesai. Mereka berdua berhasil membuat sebuah
kesepakatan bersama. Bahwa mereka akan menjodohkan kedua anak mereka, Aga dan
Luna saat lulus kuliah nanti. Pak Lewis sangat menyetujui usul Pak Afiq
tersebut karena merasa untung. Dengan begitu, bisnisnya akan semakin berjalan
dengan mulus.
“Baiklah pak, baik,”ujar Pak Lewis.”Anak
kita juga sudah berpacaran.
“Hahaha, baguslah kalau begitu, saya
senang mendengarnya,”jawab Pak Afiq tertawa.”Saya akan kirim 15 Milyar untuk
modal awal.”Pak Lewis dibutakan oleh besarnya nominal uang yang diberikan
perusahaan Pak Afiq untuk modal bisnisnya, untuk sesaat dia lupa diri.
“Tapi ingat, hubungan anak kita harus
tetap dipertahankan.”ujar Pak Afiq.
“Itu soal mudah.”jawab Pak Lewis.
Kemudian, ia segera menelfon istrinya dan pamit keluar.
“Ma, kita dapat investor yang sangat
kaya!”
“Benar? Wah mama ikut senang. Gimana kabar
Aga pa?”
“Dia baik. Sekarang, dia sudah mulai
berpacaran.”
“Dengan?”
“Anak investor itu ma, dengan begitu
bisnis kita akan semakin menuju puncak kesuksesan.”
Mama Aga ternyata sudah berbeda.Dia sudah
memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan merawat Aga. Dia tidak akan bergelut
dengan bisnis di Malaysia lagi karena sudah merasa bukan ibu rumah tangga yang
baik.
“Pa, mama akan pulang ke Indonesia
besok.”Pak Lewis terkejut. Kumisnya terangkat.
“Apa? Kenapa ma? Bukannya Investor
Perusahaan Cotton belum datang?”
“Iya mama tau. Tapi mama putuskan untuk
kembali ke Indonesia. Mama rindu sekali dengan Aga pa, udah enam bulan mama
tidak berkomunikasi dengan Aga.”
“Mama ini apa-apaan? Bisnis kita masih
kelas rendah. Kita belum mempunyai banyak investor yang terlalu menguntungkan.
Biarlah ma, Bi Am akan mengurus Aga.”Mama Aga membela diri.
“Pa, mama ini seorang ibu. Sama seperi
semua ibu di dunia ini. Ingin bertemu dan mengurus anaknya sendiri. Mama stress
di sini. Mama ingin melihat Aga. Mama ingin merawatnya. Dia pasti juga rindu
mamanya. Terutama orangtuanya pa.”Pak Lewis agak tersentuh. Tapi perawakan
kerasnya tetap bisa melawan hati kecilnya.
“Terserah! Kalau mama kembali ke Indonesia
besok, kita bercerai!”
“Terserah papa, silahkan, mama tidak
peduli, mama hanya ingin bertemu Aga.”Koneksi terputus.
Malam harinya di kamar Aga ....
Suasana kamarnya terasa berbeda. Jendela
kamarnya yang besar terbuka lebar dengan gorden menari-nari tertiup hembusan
angin malam yang begitu dingin. Aga membiarkannya terbuka sambil menyandarkan
tubuhnya di atas kasur sambil menghadap jendela.
Ia masih merasakan perasaan yang
dirasakannya saat ia kembali bertemu dengan Shafira. Suatu perasaan yang kini
tidak dapat lepas dari hatinya. Tatapan tajam mata Shafira yang membuat jantung
dan hatinya berdebar bersamaan. Yang membuat dirinya tiba-tiba merasa pusing.
Tapi juga membuat suatu kesan yang tidak akan pernah dilupakannya,”Pandangan
Pertama”.
Disamping perasaan itu, pikiran Aga
tertuju pada hal lain. Perihal informasi dari papanya bahwa Shafira datang ke
kantor papanya dan meminta perjodohan. Begitukah sifat Shafira sebenarnya?
Apakah dia sama saja dengan gadis di sekolahnya? Tapi, dia belum percaya sama
sekali karena hati kecilnya tidak mendukung.
Luna menganggu, id ym nya yang sering on
yang memang rada alay LunaCuteAbis mengirimkan pesan ym pada Aga.
“Malem ga (^0^)”sapa Luna. Aga dengan
malas menjawab.
“Mlm.”
“Ga, tau nggk? Kita dijodohin.\:D/”Aga
terkejut setengah mati.
“Hah?Jgn asal ngarang!”
“Aku nggaak ngarang lagi, aku tau dari
papaku, aku seneng bangeeeeet (^_^)
“Aku g sng sm skli.”
“-_-ga, kayakny kita jodoh deh :”>”
“Aku gapercaya.”
“Percayain aja. Aku seneng bgt, bsk jalan
yuk.”
“Males. Jgn maksa.”
Aga offline.Handphonenya dimatikan. Dia
nggak nyangka bisa dijodohin sama Luna. Berarti, yang waktu itu datang ke
kantor papa belum tentu Shafira dong, mungkin aja Luna. Masih ada sebuah
harapan kalau Shafira gadis yang “mulai disukainya” memang mempunyai
kepribadian yang berbeda dari cewek-cewek di sekolahnya.
“Aku harus nyari Shafira.”ujar Aga tegas.
Ontheway pulang sambil menghitung keuntungan
dari pameran...
“Ayey, dapet banyak!”teriak Ava selesai
menghitung. Semuanya girang. Yang girang cuma berempat, Shafira,Ava,Ariesta,
dan Gino. Soalnya si tiga kembar udah langsung terlelap duluan.
“Alhamdulillah kalau gitu,”ujar Shafira.
Matanya sudah lelah dan selesai memasukkan plastik-plastik sisa pameran ke
dalam keranjang.
“Ah, aku mau tidur, capek.”ujar Ariesta
kemudian bersandar di pundak Ani yang sudah tidur duluan.
“Aku juga.”sambung Ava langsung tertidur
lelap. Shafira dan Gino belum tidur. Kalau Gino, masih sibuk mengaji untuk
hapalan.
“Nggak tidur Fir?”tanya Gino setelah
selesai membaca. Ternyata, Shafira udah tertidur duluan. Kepalanya bersandar di
jendela angkot. Rambutnya yang panjang tertiup angin semilir. Wajah anggunnya
Shafira membuat jantung Gino dag-dig-dug nggak puguh. Shafira, gadis yang
dikenalnya sejak masuk SD,gadis yang bisa membuatnya suka. “Aku menyukaimu
Shafira...”bisik Gino pelan. Dari sebrang tempat duduk itu, ternyata Ava belum
sepenuhnya tertidur lelap, dan mendengar bisikan Gino tersebut.
Hingga jam 12.00 malam, mata Aga belum
juga bisa terpejam. Matanya masih melayang pada dua hal penting yang menyangkut
hidupnya saat ini. Yang pertama, rasa sukanya pada Shafira, gadis yang belum
dikenalnya sama sekali. Dan perjodohan yang mematikan bersama Luna -_-.
“Apa-apaan nih, masa anak SMP udah
dijodohin segala? Nggak jaman!”ujar Aga sendiri. Angin malam bertiup menusuk
tulang walaupun jendela kamar nya sudah tertutup dan ia sudah memakai selimut
yang sangat tebal.
“Ya Allah, bantu aku, semoga perjodohan
ini batal, kalau perlu memang sebenarnya nggak ada, amiiiin,”ujar Aga.”Dan
semoga aku bisa ketemu sama Shafira itu lagi, aku pengen banget,”Aga merenung
dan melihat lipatan surat dari Shafira.
Luna..luna...Tau aja kali ya Aga belum
tidur, dia nge-chat ym ke Aga tengah malam. Aga emang pake blackberry jadi
langganan tiap hari, jadi ym nya on terus, tapi blackberrymessengernya nggak di
aktifkan.
“Malem ga, pasti belum tidur (“~~”)”
Aga males banget balesnya. Tapi, kalau
nggak bales, Luna bisa-bisa ngadu sama papanya. ._.
“Ad ap?”
“Aku gbisa tiduuuuur nih ga :(,”
“O”
“Tau gaak kenapa?”
“cpt dh ngmng”
“Absny aku kpkiran perjodohan kita (^^o^^)
aku sangat gapercaya tapi sumpah seneng abis ....”
“Ak g seneng Lun”
“Ih Aga, km hrs nerima ak usebagai pacarmu
doong.”
“Aku kan cuma pura-pura. Lagian geer gila
km.”
“Yaudah deh, aku yakin km bisa nerima aku
ko, met malem Aga sayaang(^o^):*:*:*
Aga langsung mematikan handphonenya. Udah
nggak mau lagi berurusan dan chat ngobrol atau tatap muka sama Luna. Udah jijik
dia sama Luna. Gila! Geer abis tuh cewek.
Keesokan harinya..
Hari ini hari minggu. Satu hari lagi buat
nge-refresh otak sebelum besok bergelut kembali dengan pelajaran. Tapi nggak
dengan Shafira, dia udah stay di kamar buat belajar sepagian.
“Fir..”ucap budenya mengetuk pintu kamar.
Shafira yang sedang merapikan rambut segera membukakan pintu kamarnya.
“Kenapa bude?”
“Ada telfon.”Shafira kaget. Siapa yang
nelfonnya pagi-pagi begini. Tumben amat.
“Halo, assalamualaikum.”sapa Shafira.
“Hey!”Shafira mengerutkan dahi karena
salamnya tidak dijawab.
“Kamu yang kemarin ikutan pameran kue
kan?”
“I..y..a”
“Aku pengen pesen banyak dong ke kamu.
Abisnya enak banget, mamaku suka banget. Bisa ya?”
“Tentu bisa.”
“Oh ya, kenalin, aku Luna.”
“Oh, Shafira.”ucap Shafira. Dari mana
cewek ini dapet nomor rumahnya ya?
“Yaudah nanti aku ke rumahmu deh ya, aku
udah tau alamat dari panitia bazar. Maaf pagi-pagi ganggu. Dah.”
Shafira menutup telefon. Dia bersyukur
karena ada pelanggan baru dan menelfon di pagi hari. Semoga aja ini pertanda
baik.
“Bude, nanti ada yang bakal pesen kue
basah, ntar orangnya dateng kesini.”ucap Shafira masuk ke kamar. Budenya
Shafira hanya tersenyum dan mengangguk.
Shafira duduk di kursi belajar dan membuka
buku catatannya. Kemudian, membuka buku cetak Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas
VIII. Kemudian, dia membaca bab mengenai atom,ion, dan molekul, kemudian segera
membuat ringkasan dan mengerjakan soal di buku bank soal dari budenya.
“Ava?”ucap Shafira terkejut melihat Ava
sedang melongokkan kepala di jendela kamarnya. Kemudaian, Shafira beranjak dan
membuka jendela kamarnya.
“Aduh Fira rajin banget sih, pagi-pagi
gini udah belajar, kayak GINO AJA!”ujar Ava melihat tumpukan buku di meja belajar
Shafira.
“Hehe iya nih, abisnya seminggu kedepan
bakal banyak tes.”ujar Shafira.”Kamu sendiri nggak belajar?”
“Ah kalem aja lah. Aku nggak biasa belajar
kayak begituan. Biasanya sih aku SKS.”Shafira tertawa.
“Ayo masuk deh va!”
...........................
“Jadi itu semua bener?”tanya Shafira.
Ava mengangguk dan memeluk bantal Shafira.
Shafira tertawa.
“Sahabat jadi Cinta dong nih...kapan bakal
nyatain asli?”
“Nggak tau deh Fir. Kayaknya cuma bertepuk
sebelah tangan aja deh.”
“Lho, kenapa?”
“Kamu ngerasa nggak sih dia itu suka sama
kamu?”
Shafira berpikir sejenak. Iya dia memang
merasa. Perhatiannya Gino baik di rumah atau di sekolah itu memang seperti
pacar. Tapi, Shafira hanya menganggap Gino sebagai seorang sahabat aja.
“Gino nggak mungkin suka sama cewek model
aku.”
“Kenapa enggak? Kamu cantik, pinter, baik,
perhatian, lucu. Mana ada cowok yang nolak?”
“Di mata Gino, aku tuh cewek jelek,
nyebelin,kucel,bodoh.”
“Berarti kamu harus berubah, aku nggak
akan ngehalangin kamu buat dapetin hatinya Gino ko.”
Ava menatap Shafira, kemudian memeluknya
erat.
Di rumah Aga...
“GAK MAU!”teriak Aga dari kamar sambil
bersembunyi di balik selimut. Pagi ini, Luna tiba-tiba datang ke rumahnya.
Males banget dia ketemu cewek yang satu itu.
“AGA PLIS DONG AH!”teriak Luna membalas
menggedor-gedor pitnu kamar Aga. Bi Am mendekati Luna.
“Biar bibi yang bangunin.”Luna mengangguk.
“Ini bibi den, boleh masuk nggak?”
Akhirnya, Aga membukakan pintu dan
membiarkan Bi Am masuk, sedangkan Luna tetap di luar.
“Bi, usir aja dia lah,”ujar Aga. Bi Am
merapikan meja belajar Aga yang berantakan.
“Aduh, jangan suruh bibi, bisa-bisa bibi
langsung dipecat.”
“Engga deh bi, Aga jamin, kalau bibi
dipecat Aga bakal protes sama papa. Plis bi, Aga nggak mau ketemu cewek
itu.”OOW. Sekejap kau mencuri hatiku, tanpa buang waktuku tersipu. Ringtone
handphonenya Aga berbunyi. PAPA CALL.
“Halo pa.”
“Ga, Luna udah dateng?”
“Ya udah pa. Dia mau ngapain sih pa?”
“Dia minta anter kamu buat beli kue.”
“Kenapa nggak sama sopir atau pembantunya
aja sih pa?”
“Kamu kan pacar barunya, wajarlah dia mau
jalan-jalan sama kamu.”
“Ya deh pa. Oke”jawab Aga terpaksa.
Aga menutup telefonnya, kemudian mematikan
handphonenya. Begitulah sikap Aga kalau kesal. Dia dengan terpaksa akan
mengantar Luna.
Aga keluar kamar, Luna langsung
menggandeng Aga genit.
“Pagi Aga ganteng, apa kabar? Luna cantik
kangen nih,”
Aga tidak menjawab, kemudian duduk di meja
makan dan melepas paksa tangan Luna. Kemudian, dia membuat sebuah sandwich,
Luna mengikuti.
“Kamu ngapain ikut bikin juga?”
“Emang kenapa?”
Aga jadi hilang nafsu sarapan. Dia segera
bergegas ke kamar mandi.
“Ih Aga mau kemana?”
“Mandi. Mau ikut juga?”Luna menggeleng.
Aga langsung masuk ke kamar mandi.
Ontheway rumah Shafira.
“Ini jalan ke kampung ya?”tanya Aga
melihat sekeliling dari dalam mobil. Suasananya menjadi sejuk dan dipenuhi
dengan banyak petak sawah.
“Yap!”jawab Luna singkat.
“Katanya mau beli kue?”
“Memang iya.”
“Ko kesini? Nggak ke Bakery aja?”
“Aku bukan mau beli cake, aku mau beli kue
basah.”Aga tersentak. Tiba-tiba aja dia merasakan sebuah perasaan yang halus
menghampiri hatinya. Luna memperhatikan Aga.
“Kenapa ga?”
“Nggak. Kita mau ke mana sih sebenernya?”
“Aku mau beli kue ke stand yang waktu di
pameran itu loh. Nama pemiliknya Shafira.”Perasaan yang dirasakan Aga semakin
saja kuat dan mengikat hatinya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang.
Mendengar nama Shafira, dia menjadi kebingungan dan tegang.
Sesampainya di rumah Shafira...
“Ayo Aga!”ajak Luna. Aga enggan keluar
dari mobil.
“Ihhh cepet!!!!”Luna menarik tangan Aga,
sehingga Aga bisa melihat keadaan rumah Shafira.
“Permisi,”sapa Luna mengetuk pintu.
Kemudian, budenya Shafira yang membukakan pintu.
“Ya?”
“Misi bu, tadi saya yang mau pesen kue
basah, tadi yang ngangkat kebetulan anak ibu.”ujar Luna ramah. Aga nggak
nyangka Luna bisa berkata seramah ini sama orang.
“Ga, tunggu di luar aja ya,”ujar Luna.”Aku
bakal lumayan lama, abisnya aku mau ikutan bikin. Tapi jangan tinggalin oke?”
“Iyaaaa nona !”jawab Aga kepaksa, kemudian
duduk di kursi bambu.
“Fir?”tanya Ava setelah sampai di pagar
rumah Shafira. Shafira yang berjalan di belakangnya kemudian menjawab.
“Kenapa va? Buka aja langsung.”jawab
Shafira yang sedang membetulkan remote milik Gino.
“Itu siapa?”Shafira kemudian melihat ke
cowok yang duduk di kursi bambu. AGA! Nggak salah lagi, itu Aga. Ngapain dia di
situ? Ya aampun! Jantung Shafira mendadak nggak karuan dan wajahnya tegang.
Remote punya Gino sambil terjatuh dan rusak lagi.
“Udah ayo masuk!”
Aga belum menyadari kehadiran Shafira.
“Aga?”tanya Shafira dengan refleks. Cowok
itu segera melemparkan ke arah suara yang memanggilnya. Shafira segera menutup
mulutnya. Ngapain juga dia manggil? Kenal aja enggak. Hm, maksudnya belum resmi
kenal.
“Hai,”sapa Aga bangkit dari kursi bambu.
Ava segera meninggalkan mereka berdua. Aga kelihatan salah tingkah—dan kaku.
“Lagi ngapain?”tanya Shafira dengan
lancar, walaupun sesungguhnya dadanya sedang berdebar-debar.
“Nganterin.......”Aga berpikir
sebentar.”Temen.”
“Oooh, beli kue ya?”tanya Shafira. Aga
mengangguk.
“Oh ya, kamu bilang, kamu pernah mau
ngirim kue buatku kan? Masih inget kan waktu kamu pingsan gara-gara dikejar
orang gila?”tanya Aga. Shafira tertawa.
“Yaps inget,”jawab Shafira.”Sorry. Niatnya
kan aku bikinin kamu kue basah. Eh taunya kamu nggak suka.”
“Darimana kamu tau aku nggak suka?”tanya
Aga.
“Di festival makanan itu kamu bilang
sendiri. Waktu..hm..cewek kamu beli kue di stand punya aku.”jawab Shafira. Aga
merasa bersalah udah berpikir negatif duluan. Dia jadi ngerasa kagum sama cewek
ini. Dari awal, Aga emang udah suka dengan matanya Shafira. Bulu matanya lentik
dan matanya itu punya keunikan tersendiri. Begitulah menurut Aga.
“Aga!”teriak Luna dari dalam rumah dengan
girang. Wajahnya berubah seketika ketika melihat Aga dan Shafira sedang
mengobrol berdua diluar.
“Kalian berdua ngapain?”tanya Luna sambil
memegang beberapa kantong plastik hitam dan putih.
“Hem, ini tadi...Dia nanya soal pembuatan
kue gitu ke aku.”jawab Shafira.
“Aga suka kue basah emang? Sejak
kapan?”tanya Luna mulai curiga.
“Sejak hari ini.”jawab Aga. Luna
mengangkat alis.
“Oh My God, My Aga! Akhirnya.........kita
berdua punya selera yang sama juga. I love you so much,”ujar Luna dengan
centil.
“Permisi,”ujar Shafira meminta izin masuk
ke dalam rumahnya. Tadinya, Aga ingin memanggil gadis itu untuk kembali dan
membuatkan kue basah untuknya. Dia mau menyukai kue basah—yang semula tidak
disukainya. Bukan untuk menyamakan selera dengan Luna, tapi ingin menghargai
usaha Shafira yang sebenarnya ingin mengirimkannya kue basah.
Selama diperjalanan, Aga memperhatikan
Luna yang sedang menikmati kue getuk dengan wajah berseri-seri. Sialan, si Luna
kegeeran.
“Aga, kenapa sih liatin aku? Cantik ya?
Makasih.”jawab Luna sambil mengigit getuk dengan wajah centik dan berseri-seri.
“Idih, loe geer.”balas Aga kesal.”Itu enak
ya?”tunjuk Aga pada getuk yang dipegang Luna.
“Enak. Mau coba?”tanya Luna menawarkan.
Aga mengambil getuk dan mencoba
mengunyahkan. Hm, sejauh ini rasanya tidak terlalu buruk.
“Enak, kan?”tanya Luna terus memperhatikan
Aga. Dari mulai matanya, hidungnya, bibirnya, ngebuat Luna berdebar-debar. Dia
bangga bisa mempunyai pacar seganteng ini.
“Lumayan,”jawab Aga tersenyum.
“Kalo kita nikah nanti, aku bakal buatin
kamu kue getuk tiap hari.”ujar Luna.
“Heh, siapa juga yang mau nikah sama kamu?
Geer gila. Lagian, kita pacaran cuma boongan, ngerti? Jangan mengkhayal terlalu
tinggi, apalagi sampe kita nikah!”ujar Aga menjelaskan.
“Whatever Ga, I don’t care. Aku yakin
takdir akan mempersatukan kita koq...”ujar Luna dengan centil.
“Yang ada takdir males mempersatukan kita,
you know?”ujar Aga menjauh dari Luna yang keganjenan pegang-pegang tangannya.
“I don’t know. Yang aku tau, kita bakal
nikah. Apapun alasannya.”ujar Luna.
Aga dibuat galau. Biasalah, remaja labil.
Jadi, kata populernya ABABIL. ABG LABIL. Aga beberapa kali mengotak-atik
hapenya. Bukan menunggu chat dari Luna, tapi berharap Shafira menghubunginya.
Ya, walaupun dia tahu Shafira nggak mungkin tau nomor handphonenya.
Kurang beruntung, Luna yang malah nge-chat.
“Hai bebebbbbbbbbbbbbb <3 <3”
“Wht”
“Lagi ngapain say? Aku bosen nih”
“Diem”
“Jalan yuk J kemana aja deh.”
“Mls”
“Hm, aku ke rumahmu ya?”
Aga melihat bodyguard yang disewa papanya
ada di sana. Terus mengawasi gerak-geriknya. Dia merasa papanya terlalu over
protect. Mungkin, kalau Luna datang dia bisa keluar. Tapi.......................dia
males kalau keluar bareng Luna.
“Ngapain?”
“Ya kita main gitu. Atau ngapain deh. Kita
have fun :D”
“Hm blh dh”
“THANK YOU JJ :*”
“Jgn prnh ng kiss knp sh”
“Sorry. I’ll go there beb. Wait for me.”
Aga meng-end chat. Hari ini dia pengen
ketemu sama Shafira, lagi. Nggak mau sama Luna. Udah bosen gewla. Lagian si
Luna bisanya ngebuat moodnya berantakan.
“Mas Aga, mau kemana?”tanya bodyuardnya
yang dari tadi duduk. Giliran Aga keluar rumah, dia baru beraksi. Ah,,copo!”
“Mau cari angin.”jawab Aga meninggalkan
bodyguardnya.
“Saya antar.”balas bodyguardnya kemudian
mengikuti Aga.
“Heh! Nggak usah!”balas Aga protes. Nggak
lama, datang sebuah mobil freed warna putih. D 4567 SK. Dia sepertinya ingat mobil siapa itu.
“Mama?”tanya Aga setelah melihat mamanya
turun dari mobil. Mamanya masih seperti dulu. Selalu memakai jilbab yang penuh
dengan manik-manik. Aga langsung menghampiri mamanya. Dia sangat-sangat rindu.
“Aga, apa kabar sayang?”tanya mamanya
sambil dengan erat memeluk anak tunggalnya. Bodyguard Aga segera menjauh, tapi
tetap memperhatikan pertemuan ibu dan anak itu.
“Hm yagitudeh Ma. Mama pulang, kan?”tanya
Aga sambil membawa mamanya masuk. Supirnya Aga segera membawakan beberapa koper
dan oleh-oleh yang dibawa mamanya. Aga kelihatan senang sekali. Begitupun
mamanya.
“Itu siapa, Ga?”tanya mamanya menunjuk
boydguard sewaan papanya yang berdiri tegak di pintu.
“Bodyguard sewaan papa,”jawab Aga. Mama
Aga menggelengkan kepala. Ia berpikir bahwa suaminya begitu keterlaluan. Kalau
ingin menjaga Aga, kenapa tidak suaminya saja? Mengapa harus sampai menyewa
bodyguard?
“Ma, mama bakal disini, kan?”tanya
Aga.”Aga nggak mau ditinggal lagi, Ma.”
“Iya sayang, mama akan nemenin kamu.
Bisnis-bisnis itu udah nggak penting lagi buat mama,”jawab mama Aga sambil
mengelus rambut Aga. Hari ini, Aga merasa sangat bahagia.
Nggak lama, suara nyaring nan—memekakan
telinga mulai terdengar. Pasti Luna.
“Agaaaa! I’m coming beby,”ujar Luna dengan
wajah girang, apalagi setelah melihat ada mamanya Aga.
“Tante, apa kabar?”tanya Luna sembari
cipika-cipiki dan salam kepada mama Aga. Dia kelihatan begitu hormat dan sopan.
“Baik.”jawab mama Aga sambil melirik
Aga.”Pacarnya Aga?”tanya mama Aga keheranan.
“YA!”jawab Luna
“NGGAK!”jawab Aga.
“Loh, yang bener yang mana nih?”tanya
mamanya kebingungan.
Akhirnya, untuk sementara Aga menyerah.
“Ya, maksudnya kita baru pedekate aja.
Belum pacaran.”jelas Aga. Wajah Luna terlihat kebingungan.
“Ooh,”jawab mama Aga.”Mama ke kamar dulu
ya. Mama tinggal.”
“Mama kamu cuek abis! Nanya nama aku aja
nggak!”protes Luna duduk di sebelah Aga setelah mamanya masuk ke kamar. Aga
membuka koran.
“Suka-suka mamaku lah,”balas Aga.”Lagian
ngapain juga dia harus nanya nama kamu? Penting emang?”
“Aga!”teriak Luna.
“Gausah teriak gitu juga, Luna!”balas Aga
sambil menutup mulut Luna. Pengin disempal pake lap pel juga nih mulutnya
Luna...batin Aga.
“Heeeeem, bosen kan Ga?”tanya Luna memecah
keheningan diantara mereka berdua.
“Nggak. Kita nggak pergi hari ini ya!”jawab
Aga.
“Ih, kenapa? Aku udah dateng kesini demi
kamu!”ujar Luna kesal.
“Mamaku baru pulang, masa aku harus
pergi??”tanya Aga. Tiba-tiba aja, Luna kepikiran sesuatu.
“Main bareng mamamu aja, gimana?”tanya
Luna. Aga mengangkat alis.
Shafira selesai mengepak kue getuk dan
nagasari di dalam sebuah tempat bekal berbentuk lingkaran. Dia juga sudah
selesai dengan rambutnya baru dikeramas. Bajunya hari ini adalah kaos polos +
kemeja kotak-kotak + celana jeans + flat shoes warna biru. Simple, tapi Shafira
kelihatan cantik!
“Mau kemana, Fir?”tanya budenya saat
Shafira mengeluarkan sepedanya.
“Ke rumah temen, bude.”jawab Shafira.
“Ooh, jangan lama-lama ya.”jawab bude.
“Siap!”balas Shafira kemudian mulai
menggoes sepedanya.”Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam,”jawab budenya.
Baru aja dia mau keluar komplek, dia
ketemu Gino.
“Fira! Fira!”panggil Gino yang mengendarai
motor. Shafira segera berhenti, lalu menghampiri Gino.
“Halo Gin. Darimana?”tanya Shafira.
“Pasar. Kamu mau kemana?”tanya Gino.
“Oh, ke rumah temen.”jawab Shafira.
“Siapa?”tanya Gino. Mau kemana Fira? Nggak
biasanya dia pergi sendirian.
“Ada deh pokoknya , ntar pulangnya aku
cerita deh! Aku buru-buru! Dah!”ujar Shafira melambaikan tangan pada Gino.
“Fir, “ujar Gino sekali lagi. Dia ingin
mencegah Shafira pergi. Dia yakin, Shafira mau bertemu dengan Aga. Gino
mengakui, kalau Aga jauh lebih tampan dibanding dia. Maka dari itu, dia nggak
mau sampe Shafira suka sama Aga, apalagi berhubungan terlalu jauh. Tapi, apa
hak dia? Melarang? Memangnya siapa dia?
“Ya?”tanya Shafira menoleh pelan. Bulu
matanya yang lentik terlihat begitu cantik.
“Hati-hati.”ujar Gino pada akhirnya
diiringi sebuah senyuman tak wajar. Shafira mengangguk dan mulai pergi.
Luna emang paling bisa. Dia kan orangnya
emang fashionable, sama kayak mamanya Aga. Jadi, Luna bisa dengan gampang
nyambung dengan mamanya Aga. Aga hanya bisa menggelengkan kepala.
“Wah, kamu penggila sepatu juga ya?”tanya
mama Aga yang merupakan pengkoleksi sepatu. Dari mulai flat shoes, wedge heels,
sampai Oxford. Semuanya lengkap.”Sini, tante tunjukin kamu sepatu-sepatu
koleksi tante.”
Mata Luna nggak bisa ngedip begitu melihat
ratusan sepatu yang berkilau terpajang rapi, kini ada di hadapannya. Dia nggak
percaya, kalau Aga sekaya ini. Kalau dia bisa nikah sama Aga, dijamin hidupnya
akan selalu senang setiap hari. Dia nggak akan kehabisan duit selama hidup
dengan Aga.
“Wah, tante. Berapa lama buat mengoleksi
ini semua?”tanya Luna seakan nggak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
“Hahaha, hm, mungkin 37 tahun. Tante udah
suka mengoleksi sepatu sejak kecil.”jawab mama Aga.”Ini, ada flat shoes yang
bagus buat kamu. Dicoba aja.”
“Wah, tante. Boleh-boleh.”Luna segera
memilih salah satu flat shoes berwarna silver dan merah cerah, kemudian
memasangnya di kakinya yang kecil dan terawat.
Aga cuek dan nggak peduli. Luna emang bisa
menarik hati mamanya, tapi enggak buat dia. Apaan yang menarik dari Luna?
Cantik. Oke. Seksi? Oke. Cewek cantik emang banyak, tapi yang menarik cuma
dikit, batin Aga.
“Permisi,”sapa seseorang dari luar. Aga
segera menghampiri suara itu.
Dilihatnya cewek berpenampilan sederhana
berdiri disamping sepedanya dengan menjinjing sebuah tempat bekal yang diberi
kantong berwarna putih.
“Shafira?”tanya Aga keheranan. Sebuah
keajaiban, Shafira datang ke rumahnya. Bodyguard Aga ternyata tidak tinggal
diam, mungkin karena majikannya sudah memberi tahu bahwa ia harus menjauhkan
Aga dari Shafira, Aga tidak diizinkan keluar.
“Tuan Aga tidak boleh keluar,”ujar
bodyguard bertubuh kurus itu melarang Aga.
“Siapa kamu, heh? Enak aja main
ngatur-ngatur. Tugasmu itu kalau aku ada di luar rumah!”protes Aga. Shafira
memperhatikan Aga dari kejauhan.
“TIDAK.”jawab bodyguard itu sekali lagi
dengan nada lebih tegas.”Biar saya yang ambilkan titipan teman anda itu.”
Aga geram, kesal, dan bete.
Shafira dan bodyguard Aga beberapa lama
mengobrol dengan cukup serius. Nggak lama, Luna datang dengan aroma centilnya.
“Hai Aga, how do you think about me?”tanya
Luna. Aga menoleh. Gila nih cewek. Cantik sih iya—kakinya mulus dan putih.
Wajahnya juga. Tapi, sifatnya itu loh. Keganjenan abis. Bikin risih.
“Cantik ko cantik,”jawab Aga. Dengan
jawaban itu, tentu aja Luna langsung melayang ke langit ketujuh. Dia segera
kembali masuk dan menghilang. Akhirnya, bodyguard itu membawa jinjingan putih,
dan Shafira sudah tidak ada di sana.
“Ini.”ucap bodyguard Aga sambil
menyerahkan jinjingan itu.
“Orangnya mana? Kamu suruh pulang ya? Itu
kan tamu gue!”ujar Aga kesal.
Bodyguard Aga cuek sejadi-jadinya. Dia
tidak menghiraukan majikan juniornya, dan malah pergi ke tempat lain. Aga
menarik nafas dan mencoba meredam emosinya. Ia menyimpan jinjingan itu di
dapur.
“Aga?”tanya mamanya saat Aga berjalan dari
dapur menuju kamarnya.
“Ya ma?”balas Aga.
“Pacarmu cantik loh, Ga. Baik, terus
fashionable. Perhatian pula. Bisa juga ya kamu cari pacar seperti itu.
Hihi.”ujar mamanya senang. Aga hanya bisa tersenyum. Dia senang, kalau mamanya
senang.
“Mama senang aku pacaran sama Luna?”tanya
Aga memastikan.
“Tentu.”jawab mamanya tersenyum.
Aga membalas dengan senyuman tipis.
No comments:
Post a Comment